Thursday, November 27, 2008

ultrasurf unblock download

sudah dibahas di 1000 jalan menuju internet tentang proxy. sekarang bagaimana menggunakannya.
1. tentunya download. biasanya download ultrasurf langsung kena blok:) saya kasih link yang semoga tidak di blok :) silahkan download disini
2. buka ultrasurfnya.
3. setting webbrowser...


setting webbrowser:
1. jika menggunakan internet explorer secara default biasanya sudah diset oleh ultrasurf.























2. menggunakan google chrome : harusnya ikut settingan internet explorer.











3. mozilla. karena sudah tau settingan dari internet explorer kita dapat ip 127.0.0.1 dan port 9666 maka di mozilla pilih menu tools - options - settings pilih manual proxy configuration dan isi http proxy dengan 127.0.0.1 dan portnya 9666, begitu juga pilihan yang lain. harusnya tidak perlu restart. tips, anda bisa menggunakan addon mozilla untuk proxy switcher, download disini (jika anda mempunyai beberapa proxy...)


Readmore »»

1000 jalan menuju internet

bingung ketika akses internet mulai dikotak kotakkan n diblok? jangan menyerah, ada 1000 jalan menuju internet.
1. proxy
gunakan tools - tools bermanfaat seperti ultrasurf dsb.









selengkapnya tentang ultrasurf dan bagaimananya.... silahkan lihat disini

2. webproxy. cari webproxy yang tidak diblok oleh admin tentunya. untuk saat ini ada web yang "belum terkenal" tapi lumayan buat proxy. coba disini
3. langganan internet sendiri. he3 kalau ini pilihan yang sulit ya. coba gunakan yang orang - orang percaya, saat tulisan ini dibuat, saya cukup puas dengan indosat unlimited dan speedy (saya bukan mo iklan, wong bukan orang indosat atau telkom)


ultrasurf

Readmore »»

kutitipkan sebuah doa untuk anakku...












dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. tiada pantas jika aku berkata inilah hasil doaku, karena anugrah ini semata adalah karuniamu dan bukti kasih dan sayangmu, begitu engkau Kasih maka Sayang-Mu menitipkan sebuah amanah untuk kami. maka sekedar harapan yang kami titipkan kepada amanahmu, Shafira Hana Azkia.

Hana, banyak yang mengira itu singkatan dari nama kedua orang tuamu. memang benar, salah satu faktornya adalah menitipkan nama kami untuk dirimu, semoga Allah membersikan lintasan kesombongan karena itu. Jangan sampai kelak jika engkau menuai sebuah prestasi dunia, hanya karena sebuah nama itu kami menjadi sombong. Kami tidak menitipkan nasab yang mulia untuk dirimu, karena itu sederhanalah dalam hidup. Hana, beberapa waktu lalu ada terjemahan bebas untuk kata Hana, kekayaan tanpa payah ; kebahagiaan. Seandainya keduanya boleh kami pilih, semoga kekayaan dan kebahagiaan hati adalah yang utama, sedangkan harta hanyalah sekedar perhiasan dan amanah.

Azkia, suci bersih itulah harapan kami, ketika "kebahagiaan yang suci" itu lahir, pasti karena campur tangan-Nya. dan karena nama adalah doa, maka kami panjatkan semoga engkau menjadi anak yang shalehah (*sholehah), engkau beratkan bumi ini dengan laa ilaa ha illallah!

ketika menjelang kelahiranmu, ibu (nenekmu) menitipkan sebuah nama Shafira, karena kekaguman beliau pada nama tersebut, memang itu sekedar pilihan kata buat beliau, namun menyenangkan orang tua di dunia adalah sebuah kebahagiaan tersendiri, dan seperti itulah kami harapkan engkau kelak. berilah kami sekedar doa dan ke-sholehah-anmu kelak untuk melapangkan kubur kami dan meneranginya....

kutitipkan sebuah nama untukmu anakku "Shafira Hana Azkia". Seandainya kelak engkau menyesali pilihan kata dari kami, janganlah engkau sesali besarnya harapan dan doa kami, dan seandainya pula akhirnya engkau akhirnya lebih menyukai kata yang lain dan berniat untuk menggantinya, ingatlah Doa kami tetap setia untukmu.

kutitipkan sebuah nama untukmu anakku tersayang... Shafira Hana Azkia... ketika kerinduan akan manisnya iman dan nikmatnya sujud masih sekedar rindu. kami berharap engkau menjadi obat penyembuh luka ini dan perantara bagi kami untuk perbaikan diri.

semarang, akhir penghujung nopember ketika rindu itu masih sekedar rindu

Readmore »»

Wednesday, November 19, 2008

ibu dan cintaku


pria dan wanita banyak mana?
kalau pria dan wanita yg pakai internet banyak mana?





bunda

0.21
ibu

1.00
mama

0.40
bapak

0.05
ayah

0.15

klo bapak n ibu....
sedang iseng aja, lihat google trends kata yang paling banyak dicari antara : bunda,ibu,mama,bapak,ayah
dulu rosulullah memilih ibu 3 kali baru 1 kali bapak ketika ditanya.
sekarang google memilih
ibu 1.00 dan ayah 0.15 atau 6.667 dibanding 1
ibu 1.00 dan bapak 0.05 atau 20 dibanding 1

hasilnya bahkan kata yang kurang populerpun --> "bunda" lebih besar daripada kata umum yang paling sering dipakai "ayah" menunjukkan
bunda 0.21 dan ayah 0.15 atau 7 banding 5 kalau
bunda 0.21 dan bapak 0.05 atau 4 banding 1


mana yang lebih hebat ibu atau bapak? (trend)

lihat detail
jadi ingat tulisan yang sudah cukup lama :

Malaikat di rumahmu Print E-mail
Written by Fanya Ardianto
Thursday, 09 March 2006

Suatu hari seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Dia bertanya kepada Tuhan : "Para malaikat disini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup disana, saya begitu kecil dan lemah"? Dan Tuhan menjawab, "Saya telah memilih satu malaikat untukmu. Ia akan menjaga dan mengasihimu."





Bayi : "Tapi disini, di dalam surga, apa yang pernah saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa. Ini sudah cukup bagi saya untuk berbahagia."
Tuhan : "Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari. Dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih berbahagia."
Bayi : "Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku jika saya tidak mengerti bahasa mereka ?"
Tuhan : "Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah kamu dengar; dan dengan penuh kesabaran dan perhatian, dia akan mengajarkan bagaimana cara kamu berbicara."
Bayi : "Dan apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu ?"
Tuhan : "Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa."
Bayi : "Saya mendengar bahwa di Bumi banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungi saya ?"
Tuhan : "Malaikatmu akan melindungimu, walaupun hal tersebut mungkin dapat mengancam jiwanya."
Bayi : "Tapi, saya pasti akan merasa sedih karena tidak melihatMu lagi."
Tuhan : "Malaikatmu akan menceritakan padamu tentang Saya, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaKu, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada di sisimu."

Saat itu Surga begitu tenangnya sehingga suara dari Bumi dapat terdengar, dan sang bayi bertanya perlahan, "Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Kamu memberitahuku nama malaikat tersebut ?", Tuhan menjawab : "Kamu akan memanggil malaikatmu dengan sebutan Ibu..."

Ingatlah
selalu kasih sayang ibu,
berdoalah untuknya dan
cintailah dia sepanjang masa.

---

belum bisa kupersembahkan sesuatu yang "penuh arti untuknya", padahal masih ingat di benakku, ketika menjelang UMPTN, aku berbaring di tempat tidur, ibuku menemaniku disebelah sambil membacakan soal2 biologi, karena beliau "memahami" aku sulit menghapal, atau bahkan hanya sekedar membuatkan air hangat karena tak bisa berbuat apa2 dengan soal kalkulus. walaupun beliau tidak pernah mengucapkan kata "cinta" namun apa yang beliau banyak berbuat untuk cintanya,


saya sedang tidak merendahkan bapak, hanya saja cinta kasih seorang ibu adalah cerita yang menakjubkan, ketika istri saya hamil kesulitan2 sampai hal hal yang aneh membuatku hanya bisa berkata, "pregnant is amazing story".dan alhamdulillah aku mendapat kesempatan mendampingi langsung istri di persalinan, membuatku hanya merasa bersalah kepada ibu.... dan istriku...


kutulis menjelang sebulan menjelang hari ibu....

Readmore »»

Monday, November 10, 2008

TERLALU CINTA

TERLALU CINTA
Terhenyak sejenak dalam sebuah malam senyap dan sunyi, teringat sebuah paragraf di sebuah buku Memoar Hasan Al Banna yang mengisahkan kisah seorang syaikh bernama syaikh Syalbi
***
Sudah menjadi kebiasaan kami -- dalam rangka memperingati maulid nabi--setiap malam sejak tanggal 1 hingga 12 rabiul awwal secara berombongan dan bergiliran selalu mengunjungi rumah salah seorang ikhwan. Malam itu tibalah giliran rumah syaikh Syalbi ar rijal yang menjadi jadwal kunjungan.
Kami pun berangkat seperti biasanya setelah isya. Kami berangkat secara berombongan dengan penuh kegembiraan. Saya melihat rumah syaikh Syalbi sangat terang, bersih dan rapi. Dihidangkanlah serbat, kopi dan qirjah seperti biasanya. Kami duduk dan meminta nasehat nasehat syaikh syalbi....




Ketika kami hendak pergi, ia berkata dengan senyum yang lembut, "Datanglah kalian besok pagi pagi sekali agar kita bisa menguburkan Ruhiyah bersama sama." Ruhiyah adalah putri beliau satu satunya. Allah mengaruniakan Ruhiyah kepadanya kurang lebih setelah sebelas tahun dari usia pernikahannya. Ia sangat mencintainya sehingga hampir tidak pernah meninggalkannya sekalipun sedang sibuk bekerja. Ruhiyah kemudian tumbuh menjadi seorang gadis. Ia menamainya Ruhiyah karena putrinya ini menempati kedudukan 'ruh' pada dirinya. Tentu kami terperanjat," Kapan ia meninggal?" tanya kami spontan. "Tadi menjelang magrib." jawabnya tenang.
"Kenapa syaikh tidak memberitahukan kami semenjak tadi, sehingga kami dapat mengajak kawan yang lain untuk kemari bersama sama?
Ia menjawab, "Apa yang telah terjadi meringakan kesedihanku. Pemakaman telah berubah menjadi peristiwa yang membahagiakan. Apakah kalian masih menginginkan nikmat Allah yang lebih besar lagi daripada nikmat ini?" Pembicaraan akhirnya berubah menjadi seperti pelajaran tasawuf yang disampaikan oleh syaikh Syalbi.
Beliau mengemukakan bahwa kematian putrinya itu adalah kecemburuan Allah kepada hatinya. Memang sesungguhnya. Allah merasa cemburu kepada para hambaNya yang sholih apabila sampai terikat dengan selainNya atau apabila ia berpaling kepada selainNya. Beliau mengambil buku dalil dengan kisah Ibrahim AS. Hati Ibrahim terikat dengan Ismail, sehingga akhirnya Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih putranya, Ismail.
Ketika hati Nabi Ya'qub terikat dengan Yusuf Alalh swt pun membuat Yusuf hilang dari sisinya sekian tahun. Oleh karena itu jangan sampai hati seorang hamba itu terikat dengan selain Allah swt. Kalau tidak demikian maka sebenarnya ia adalah pendusta dalam hal pengakuan kecintaannya......[dikutip dari Memoar Hasan Al Banna, halaman 80-81]

****
Keterikatan...yah keterikatan hati ini.
Ya Allah sudahkah kutempatkan ia pada tempatnya yang semestinya??
Engkaulah yang menguasai hati hati ini ya Allah.
Tempatkanlah dia pada tempat yang semestinya.
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga)."
ani_soekarno@yahoo.com


Readmore »»

Cinta Lelaki Mulia

Cinta Lelaki Mulia
oleh: O Murazza

eramuslim - Di Thaif, lelaki mulia itu terluka. Zaid bin Haritsah yang mendampinginya pun ikut berdarah ketika berusaha memberikan perlindungan. Penduduk negeri itu melemparinya dengan batu. Padahal, ajakannya adalah ajakan tauhid. Seruannya adalah seruan untuk mengesakan Allah. "Agar Allah diesakan dan tidak disekutukan dengan apapun." Namun, Bani Tsaqif malah memusuhinya. Pejabat negeri itu menghasut khalayak ramai untuk menyambutnya dengan cercaan dan timpukan batu.

Meski diperlakukan sedemikian kasar, Rasulullah tetap pemaaf. Kecintaannya kepada umat mengobati derita yang dialaminya. Beliau menolak tawaran Jibril yang siap mengazab penduduk Thaif dengan himpitan gunung. Sebaliknya, ia mendoakan kebaikan bagi kaum yang mencemoohnya itu, �Ya Allah, berilah kaumku hidayah, sebab mereka belum tahu.�



****

Di Bukit Uhud, pribadi pilihan itu kembali terluka. Wajah Rasulullah SAW terluka, gigi seri beliau patah, serta topi pelindung beliau hancur. Fatimah Az-Zahra, putri beliau, bersusah payah untuk menghentikan pendarahan tersebut. Dua pelindungnya terakhir, Ali ra dan Thalhah ra juga terluka parah.

Bukit Uhud menjadi saksi kekalahan pahit itu. Pasukan pemanah yang diperintahkan menjaga bukit, dijangkiti gila dunia. Silaunya harta rampasan menggerogoti keikhlasan mereka. Akibatnya, pasukan kaum muslimin porak-poranda dan Rasul pun terluka. Meski kembali disakiti, cinta lelaki mulia itu tetap bergema, �Ya Tuhanku! Berilah ampunan kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.�

****

Thaif dan Uhud merupakan hari-hari terberat sang Nabi. Pengorbanannya bagi umat tiada berbanding. Iltizam terhadap dakwah mewarnai hari-hari Rasul akhir zaman itu. Kecemasannya pada nasib umat selalu mengemuka. Ia adalah Rasul yang penuh cinta kepada umatnya. Cinta itu berbalas, generasi sahabat (generasi pertama) adalah generasi yang juga sangat mencintainya. Cinta yang diperlihatkan Zaid bin Haritsah di Thaif ketika menjadi tameng bagi rasulnya. Cinta yang dibuktikan Abu Dujanah, Hamzah dan Mush'ab bin Umair di bukit Uhud. Tapi, adakah generasi terkini masih mencintainya? Apakah umatnya sekarang tetap menyimak sunnah yang diwariskannya?

Sejarah berbicara, semakin panjang umur generasi umatnya, semakin menjauh pula generasi itu dari risalahnya. Umatnya saat ini, cenderung mencemooh segelintir mukmin yang masih menghidupkan sunnah. Buku-buku sunnah mulai terpinggirkan. Kitab Bukhari-Muslim harus bersaing dengan textbook dan diktat yang lebih menjanjikan keahlian dan masa depan. Serial sirah nabawiyah hampir menghilang dari tumpukan handbook dan ensiklopedia yang biasanya menjadi asksesoris di ruang tamu keluarga muslim.

Aspek sunnah dalam ber-penampilan dan berpakaian, ramai dikritisi dengan alasan tidak praktis. Contoh dari Rasul dalam keseharian, pun semakin dihindari. Sunnah dianggap simbol yang sifatnya tentatif, bukan sebagai panduan kehidupan (minhaaj al-hayaah).

Apatah lagi aspek syar'i. Begitu banyak argumen yang dihembuskan sebagai 'pembenaran' untuk berkelit dan menghindari aspek syar'i dari sunnah. Wabah 'ingkar sunnah' ini mulai terjangkit dalam komunitas-komunitas yang mengaku sebagai pengikutnya.

Jurang antara umat dengan warisan risalah Nabinya ini tentu merugikan. Kecemerlangan pribadi Rasul nyaris tak dikenali umatnya. Padahal, dalam pribadinya ada teladan yang sempurna. �Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah� (Al-Ahzab (33): 21).

Singkatnya, kemuliaan Rasul hampir menghilang dari ingatan. Keutamaan ber-shalawat kepada nabi pun nyaris terlupakan. Padahal, Allah dan malaikat-malaikat-Nya pun ber-shalawat untuk beliau [Al Ahzab (33) : 56]. Untuk Rasul, yang berjanji untuk menghadiahkan syafaat bagi umatnya. �Setiap nabi memiliki doa yang selalu diucapkan. Aku ingin menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat� (HR Muslim).

****

Merujuk kepada sunnah yang diwariskan Rasulullah adalah ungkapan kecintaan kepadanya. Cinta pada Rasul yang lahir dari keimanan kepada Allah. �Katakanlah jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang� (Ali Imran (3): 31). Mencintai Lelaki mulia itu, berarti kesungguhan untuk meneladani sirah nabawiyah sebagai panduan dalam mengarungi kehidupan. Kecintaan yang akan meluruskan langkah kita untuk ittibaa' dan ber-komitmen untuk menyampaikan risalahnya.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, �Seorang hamba tidak beriman sebelum aku lebih dicintainya dari keluarganya, hartanya dan segenap manusia.� (Muttafaq Alaih)

Readmore »»

Cinta

Banyak bacaan bertema cinta yang sudah kubaca, namun aku sendiri masih terlalu malu untuk menuliskannya dalam rangkaian kata yang menggugah hatiku sendiri, tentang apa dan siapa, tentang mengapa lalu kemudian bagaimana.
In the name of Allah, Most Gracious, Most Merciful.
Praise be to Allah, the Cherisher and Sustainer of the worlds;

Puluhan karanganku sering menunjukkan sisi emosionalku yang terkendali maupun tidak, dan kali ini bagaimanakah sisi lubuk hatiku mampu menuangkannya secara jujur dan tidak terbelenggu kemunafikan yang sering membungkus argumen - argumen yang kulontarkan untuk membela diri, yang rasanya hadir begitu saja... mungkin karena terlalu banyak kemunafikan yang menutup kemunafikan yang sudah ada... aku berlindung kepada-Mu dari godaan yang terkutuk dan aku berlindung dari kejahatan diriku sendiri.



Kenapa rasa gelisah mulai hadir . . .
Apakah penyebabnya . . .
Benarkah hati ini mulai tertarik . . .
Kepada siapa hati ini ditautkan . . .

Hati ini berdegup sedikit lebih kencang, hati ini memaksa menetralkan semua sisi kegugupan ketika sesuatu tentang dia terdengar melalui telinga, memaksa berpaling menutup fitrahku sebagai manusia bahwa dia sebenarnya sudah mencuri hatiku. . .
Tiap pertemuan dengannya mungkin sering aku menghindar, tapi kadang lengah menyapa pikiranku untuk menutun mata ini pada si penggoda hati, entah karena rasa keingintahuan atau justru kenginan untuk memiliki walau sekedar dalam pandangan, kemudian penyesalan sesaat terjadi, kenapa hati ini lengah menjaga syahwat yang bergelora. Astaghfirullah... wajarkah ini ...
Mungkin argumen berbalut madu mungkin pula hati yang terturut kehendak syetan, manusia memang memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya, namun di sisi lubuk hati ada jeritan lemah berkata apakah ini zina hati...

Sementara tidak usahlah aku memperdebatkan apa yang mungkin tak akan berujung. Ada yang lebih menarik lagi, ketika namanya terdengar jantung berdetak lebih cepat, ketika permintaannya terucap, jiwa ini bersegera menjawab... tapi saat Asma-Nya terlantunkan dalam kalimat - kalimat suci, jarang kalbu ini tersentuh, jangankan detak, rasanya getaran lemah pun masih sangat jarang. Saat panggilan-Nya terdengar jangankan bersegera, menundapun masih diiringi dengan penundaan yang lain. Argumen tentang bahwa “ibadah kepadaNya sering dibangun atas fondasi toleransi” bermunculan di setiap pertentangan hati.

Tidak butuh beberapa detak untuk gundah, saat nama indah si dia disebut, tetapi butuh energi super ekstra untuk sekedar terjaga, saat nama-Nya terlantun, walaupun lantunan itu sudah sangat merdu, namun energi yang muncul pun masih kurang untuk membuat aku sadar dan berpaling serta kembali ke jalan yang benar.

Tidak perlu sekian lama untuk menghadirkan rindu saat si-dia mulai menghilang dari peredaraan jalur hidupku, kadang tidak sampai setengah hari, sesaat setelah berpisah saja sudah mampu mengundang rasa rindu untuk berdandan indah, mengisi kekosongan angan – angan, menegakkan pilar – pilar semangat hidup, bahkan hingga menghiasi mimpi – mimpi yang belum tentu bisa kurencanakan... dia sering hadir begitu saja... wajah lugunya mungkin sulit kulukiskan dalam tiap anganku, tapi ingatan akan si dia serasa tidak pernah lepas dari lukisan hati, tergambar begitu saja, tidak perlu usaha untuk mengumpulkan memori – memori, mereka datang dengan sendirinya, dalam sepi atau ramai, dalam susah atau mudah, dalam sempit atau lapang... Padahal si dia belum tentu melakukan hal yang sama untukku... betapa sia – sia waktu yang kuhabiskan...

Rindu kepada Rabb-ku, sering kuusahakan, bahkan hampir setiap harapan kupanjatkan dalam ujung – ujung doaku, agar cinta¬ kepada Sang Khaliq hadir dalam kalbu ini, tetap tak mampu membuat hati ini bahkan sekedar untuk bergetar merasakan rindu saat nama-Nya cukup lama tak terdengar. Padahal sesungguhnya Dia tak pernah melewatkan aku dari pengawasaan-Nya, kenapa alasan ini masih kurang...

Masihkah aku mampu berkata “saya mungkin mencintai makhluk-Mu, tapi tidak lebih dari hamba mencintai-Mu.”
Relevankah panji - panji yang diteriakkan dalam semangat yang lantang “Cinta kepada-Mu lah yang tertinggi.”

Sungguh dari ilmu manapun yang aku pelajari, cinta kepada-Mu adalah transaksi tak pernah berkata rugi, cinta kepada-Mu adalah surga menaungi hamba - hamba-Mu dimanapun dan kapanpun, cinta kepada-Mu adalah serasa intisari dari surga bagi hamba - hamba-Nya dan cinta kepada-Mu adalah adalah. . . dan adalah . . . cinta ...

Cinta kepada-Mu adalah rindu yang tak pernah bertepi
Namun rindu akan kemampuan menghadirkan cinta yang suci, tulus dan penuh kepada-Mu justru sering sekedar jeritan hati .

Hadirkanlah kemampuan dan kesungguhan membalas cinta-Mu sesederhana mungkin, hingga argumen - argumen kemunafikan sampai meneteskan air mata tidak sanggup menyentuhnya ketulusannya. Tidak sebesar gunung, yang kuharapkan hanyalah sebesar cincin yang utuh, tidak besar, namun tak pernah berujung bila kutelusuri tepiannya, tidak menjulang tinggi, namun tapi tak pernah berakhir bila aku meniti puncaknya. Mungkin tidak halus, jangan Engkau hentikan usaha kembali meniti jalan menuju cinta-Mu setelah terjatuh dalam jurang maksiat untuk yang kesekian kalinya.

Ingin sungguh hati ini senantiasa mengingat-Mu dalam peluh, tangis, dan tawaku. Sungguh ingin aku berbuat bukan karena surga-Mu, bukan pula takut neraka-Mu, tapi karena ingin membalas cinta-Mu. Ingatkanlah aku akan kisah :

tersebutlah Utsman bin Mazh'un, salah seorang shabat Rasulullah SAW. Suatu ketika ia dipukuli habis - habisan oleh orang - orang musyrikin Quraisy hingga babak belur. Salah satu matanya rusak karena pukulan itu. Salah seorang tokoh mereka sangat menyayangkan kenekatan Utsman, mengapa ia tidak meminta perlindungan kepadanya agar tidak tertimpa musibah ini. Demi mendengar simpati itu, ia berujar, "Bahkan mata yang satu ini iri terhadap apa yang menimpa saudaranya."

Wahai bibir, engkau makhluk ciptaan-Nya yang sering kuajak dalam kegelimangan dosa, sudah waktunya engkau habiskan dalam lantunan doa, sudah saatnya engkau lelah memanjatkan harap, sekarang waktunya engkau kering dalam kelelahan itu. Jadikanlah mutiara setiap apa yang kau lantunkan, dan kan kutukar dengan ketenangan jiwa dalam kedalaman rasa syukur yang sangat.

Wahai kalbu... Semoga tak pernah hati ini menyerah dalam jalan meniti jalan pertaubatan yang panjang seolah tak berujung, karena hanyalah “seolah tak berujung” bukan “pasti tak berujung”, dan karena yang kuyakini adalah ampunan-Mu tak terbayangkan luasnya, dan tak terlihat tepiannya.

Wahai waktu, engkau adalah teman yang tak pernah bersahabat, sudah saatnya kita memperbaiki hubungan kita, kutawarkan engkau kegembiraan, maka bantulah aku terhidar dari kesia – siaan.

Semoga jauh sebelum malaikat pencabut nyawa-Mu hadir menyapaku, kemudian mengecup mesra dalam kecupan mautnya, jadikanlah aku dalam keadaan yang Engkau ridhai, semoga di setiap kesempatan tercipta usaha yang berjodoh dengan takdir. Semoga di ujung doa yang kupanjatkan mampu menghadirkan rasa harap yang sangat, semoga setiap harapan yang terajut mampu mengundang rasa ridha akan ketetapan-Nya, merayap masuk kemudian menghujam ke dalam hati. Janji-Nya tak akan pernah Dia ingkari, penantian mungkin menyakitkan namun selalu ada harganya, kesabaran sangat berat tapi tak akan pernah mengecewakan. Waktu pasti berlalu, janji dan ketetapan-Nya pasti berlaku, pena sudah terangkat dan tinta sudah mengering

Akankah cinta sejati itu hadir, sungguh banyak cinta yang kurindukan, sungguh tidak sedikit cinta yang bisa kuhadirkan, tapi kenapa cinta kepada-Mu belum hadir pula, kenapa masih sekedar angan . . .


Ketika rindu-pun masih belum cukup menggetarkan hati ini...
Ketika cinta pun belum tumbuh dan bersemi...
Saat pintu masih terkunci rapat...
Saat jendela masih menghalangi datangnya cahaya...
Semoga gundah ini mampu menjadi jalan pintu bagi rahmat – rahmat-Nya.
Semoga kegelisahan ini cukup membuat hati bersabar berusaha.
Semoga penantian ini berakhir indah

Readmore »»

TETAP MENYALA

TETAP MENYALA
Cahaya merupakan sebentuk materi yang dapat diukur, dan menurut beberapa orang gelap merupakan keadaan dimana cahaya itu sudah tidak ada, karena lebih lanjut menurut mereka : gelap itu sebenarnya tidak ada, gelap hanyalah kata yang digunakan untuk mendefinisikan keadaan dimana sudah tidak ada cahaya, jadi walaupun setitik, ketika cahaya itu sudah hadir maka kata “gelap”-pun menjadi lenyap, lebih sederhana lagi intinya kegelapan pasti menyerah bertekuk lutut dihadapan cahaya walau kecil. Sudah menjadi ketetapan-Nya, cahaya tidak akan pernah bertekuk lutut di depan kegelapan, dan pasukkan kegelapan tak akan pernah berhasil memadamkan cahaya, tiada pernah gelapnya malam memadamkan lilin. Lilin padam karena usia, lilin padam karena dipadamkan oleh manusia, tapi belum pernah ada sejarah lilin padam karena gelapnya malam.
Seandainya jika diperkenankan menganalogikan segala kebaikan itu merupakan sebentuk cahaya dari Allah, maka ketika Nur-Nya yang hadir pasti mengusir segala kegelapan dan mengusir pula segala keburukan. Pasti! Sehingga kejahatan dan segala keburukan adalah seolah menjadi definisi dari keadaan dimana ketiadaan Cahaya Allah. Penodongan, perampokan, pencopetan, dan kejahatan lain menjadi bukti kalau ketika Cahaya Kebenaran Allah tidak hadir di hati pelakunya maka disanalah tercipta “kejahatan”.
Begitu Maha Pemurah Allah SWT, hinga begitu banyak petunjuk yang dihamparkan oleh Rabb Yang Maha Pengasih demi kasih sayang-Nya kepada hamba – hamba yang dhoif, namun sayang tidak sedikit pula diantara hamba – hambanya yang terlanjur menutup hati oleh ulahnya sendiri, sehingga sumbu lilin yang terlalu basah tentu sulit menyala walau sudah hadir api untuk membuatnya menyala dan kemudian bercahaya. Pernahkah terpikir sesungguhnya bagi Allah tidak mudah untuk menjadikan hamba-Nya untuk menjadi seorang yang “buta, bisu, dan tuli”, dan tidak sulit pula bagi-Nya untuk menutup pintu dihati! Maha Suci Allah dari sifat zhalim kepada hamba – hamba-Nya, maka Ia-pun mengajarkan doa dalam Ali ‘Imran ayat 8.



8. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; Karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)".

Maka dengan penuh kerendahan hati dan penuh harap kita menengadahkan tangan, melangitkan harap itu melalui doa agar kita diteguhkan dalam sumbu kebenaran. Sesungguhnya segala kebaikan adalah milik Allah SWT, bagaimana tidak sungguh kita tidak bisa menciptakan sebuah amal terjadi bila Allah tidak berkehendak. Semakin baik iman dan tingkat ketakwaan sesorang hamba, maka ia benar – benar akan merasa kekotoran dirinya, merasa benar – benar dhaif, semakin takut kalau ujian ketakwaan justru menjadi bumerang untuk menyesatkan dari jalan yang lurus. Tiada pernah padi semakin berisi kecuali ia semakin menunduk.

Sebenarnya memercikkan api itu rata – rata lebih mudah daripada menjaganya tetap menyala. Lilin yang sudah menyala tidak mudah untuk tetap menyala, sering kali angin datang membelai untuk memukau supaya sang lilin beristirahat dari cahaya, agar sang lilin tidur sejenak. Begitu pula cahaya di hati ia terlalu sering padam sehingga menjadi sebuah pekerjaan besar ialah menjaga cahaya kebenaran dari Allah untuk senantiasa menyala. Tidak perlu menyala besar, ketika cahaya itu selalu menyala walaupun kecil maka kegelapan tak akan pernah hinggap di hati. Maka pernah terdengar oleh kita kalau sesungguhnya Allah menyukai amalan yang sedikit tapi istiqomah, kontinu, terus menerus.

Umar Timiltsani, diketahui oleh banyak orang dekatnya jikalau beliau sangat menyukai jus mangga, hingga suatu ketika sebuah kajian diadakan dan disuguhkan oleh panitia segelas jus mangga sebagai rasa hormat, namun justru roman muka sang ustadz berubah, hingga akhir acara, beliau tidak menyentuh jus mangga tersebut, beberapa orang merasakan kejanggalan, dan memaksa beliau menceritakan kejadian yang cukup aneh tersebut. Akhirnya sang murabbi itu bercerita kalau dia tidak tega meminum jus mangga itu, lebih lanjut beliau berkata kalau dulu kala sewaktu beliau pulang larut maka sang istri dengan setia menunggu beliau bersama jus mangga yang menemaninya, kemudian minum bersama, sekarang ketika sang istri lebih dahulu menghadap Rabb-nya, maka beliau tidak tega minum jus itu sendirian. Beliau menjaga kesetiaan yang cukup unik itu padahal usia beliau sudah sangat lanjut, tapi... bagaimana menjaga kesetiaan cinta tetap menyala lebih unik...

Ramadhan menjadi ajang yang luas untuk menerima percikan – percikan cahaya kebenaran, tidak jarang setiap tausiah menjadi pemantiknya, setiap peristiwa bisa menjadi hikmah yang memercik, setiap rasa syukur menjadikan hati semakin mudah menyala dalam cahaya kebenaran, dan kemudian menjadi tugas kita untuk menyempurnakan sentuhan Allah, untuk menjadikan tiap – tiap percikan cahaya itu terus menyala.
Secara lahiriah, ramadhan ini menjadi saat penuh berkah, sehingga dari segi kuantitas amalan semakin meningkat, jumlah amalan semakin menjamur, tapi... tidak berhenti disitu saja, sudahkah amalan – amalan itu menggores di hati, meninggalkan bekas yang dalam, sudahkah amalan itu membuat kita merasakan indahnya iman, nikmatnya islam, damainya hati; sudahkah amalan itu membuat kita semakin rindu kepada Rabb, hingga kita seolah ingin selalu beramal lagi.
Sudahkah tiap kening ini menyentuh bumi-Nya, membuat kedamaian menyelimuti diri hingga rasanya sayang mengangkat kepala, sudahkah sujud itu menjadikan hati semakin lapang, segala simpul kesulitan mulai terurai, gundah mulai pudar, sudahkah tiap sujud itu membuat hati merasa selalu ditetesi embun kesejukan.
Sudahkah air mata yang menetes itu murni menyampaikan kegelisahan di hati bukan sekedar parade kemunafikan yang dihamparkan, sudahkah air mata itu menetes di hati dan mencucinya.
Sudahkah setiap tasbih menjadikan kita semakin bisa merasakan kotornya diri dihadapan zat yang Maha Suci, sudahkan setiap pujian tahmid menjadikan diri kita semakin merasa malu, karena segala pujian benar – benar hanya Allah yang berhak, sudahkah setiap “Alhamdulillah” terucap menjadi hati semakin tawadhu? Sudahkah hamdallah membuat kita semakin merendah dihadapan manusia, karena itu akan membuat kita meninggi dihadapan Allah.
Sudahkah setiap takbir, setiap lisan itu berucap “Allahu Akbar” maka hati ini merasa tenang karena semua himpitan di hati pasti selesai karena Allah Maha Akbar, karena kita percaya karena Akbar-Nya-lah semua pasti selesai dan berakhir dengan indah! Bukankah rasanya Allah menitipkan surga-Nya di dunia untuk hamba yang benar benar mengenal-Nya, Ma’rifatullah, sungguh beruntung orang yang mengenal Allah, karena tiap ujian menjadikan dirinya sabar, dan karena ia sangat sadar kesabaran itu mendekatkan dirinya kepada Sang Khaliq, sungguh beruntung orang yang mengenal Allah karena setiap beramal, keikhlasan senantiasa mengiringi hingga hati ini terasa lapang setiap beramal karena tidak ada tendensi selain mengharap ridha-Nya, bebas dari keterikatan duniawi. Maka sekarang kembali ke pertanyaan muhasabah, sudahkan ramadhan kali ini lebih mendekatkan diri kita kepada Allah walau hanya sejengkal?

Rabb bukalah pintu di hati
Dari pintu – pintu yang kukunci mati
Masukkan cahaya-Mu kedalamnya
Jangan Engkau biarkan padam dari nyalanya
Agar aku bisa berjalan di gelapnya malam
Agar aku tak tersesat di silaunya siang


Semangat adalah api yang meledak – ledak, maka kesabaran adalah muara dimana semangat – semangat itu berkumpul, dan kesabaran adalah kekuatan yang menjaganya untuk senantiasa menyala, biarkan api memercik menjadi semangat, kemudian kesabaran meneguhkannya menjadi tekad, dan ijin-Nya-lah yang memastikan tekad itu berwujud menjadi amal yang lurus. Kemudian ingatlah kalau api semangat itu pasti bisa padam, namun keikhlasan adalah kuda bersayap yang siap mengantarkan sang penunggang kemanapun tanpa merasa lelah, dan kesabaran adalah perisai yang tak akan pernah hancur menghadapi tajamnya senjata lawan, maka prasangka baik kepada Allah dan doa adalah pedang yang siap mengayun menghadapi musuh di padang pertempuran. Dan tunggulah, karena menunggu adalah seni, maka hanya waktu akan menjadi “jawaban dari Allah atas segala bentuk ikhtiar” yaitu kesyahidan atau pulang bersama kehormatan membawa kemenangan.
Wallahua’lam

Readmore »»