Sunday, September 21, 2008

sufyan...



Kunikahi dia karena dien nya

June 22, 2008 by swedy

Orang alim ini dilahirkan pada tahun 107 H pada pertengahan bulan Syawwal, dan ajal menjemputnya pada hari Sabtu, 1 Rajab 198 H. Nasab lengkapnya, Sufyan bin `Uyainah bin Abi `Imran al Kufi. Dia dikenal dengan panggilan Abu Muhammad.
Ayahnya seorang pegawai pada masa Khalid bin Abdillah Al Qasri. Tatkala Khalid diberhentikan dari jabatan Gubernur Iraq dan digantikan oleh Yusuf bin Umar ats Tsaqafi, pejabat baru ini mencari-cari para staff pada masa pemerintahan Khalid, sehingga mereka berlarian untuk menyembunguikan diri.
`Uyainah, Ayah Sufyan kecil, melarikan diri sampai ke kota Mekkah dan akhirnya memutuskan berdomisili disana.
Ketika ia menapak usia lima belas tahun, ayahku memanggil, seraya berpesan: “Wahai Sufyan! Masa kanak-kanak sudah lepas darimu, maka kejarlah kebaikan, supaya engkau termasuk orang-orang yang mengejarnya. Jangan tertipu dengan pujian orang-orang yang menyanjungmu dengan pujian yang
Allah mengetahui, bahwa keadaanmu berlawanan dengan itu. Sebab, tidak ada orang yang berkata baik kepada orang lain tatkala ia sedang senang, kecuali ia akan berkata kejelekan kepadanya serupa ketika ia sedang dilanda amarah. Nikmati kesendirian daripada bergaul dengan kawan-kawan yang buruk. Jangan engkau alihkan prsangka baikku kepadamu kepada prasangka lain. Dan tidak akan ada orang yang berbahagia bersama dengan ulama, kecuali orang-orang yang mentaati mereka”.

Mendengar nasihat ayahnya ini Sufyan berkata dalam hati : “Sejak itu, aku menjadikan pesan Ayah sebagai arah kompasku, berjalan bersamanya, tidak menyimpang darinya”.
Begitulah yang ia jalani. Sejak usia dini, ulama besar ini telah menyibukkan diri pada pendalaman ilmu din. Tepatnya pada tahun 119 H.
Ibnu ´Uyainah mengisahkan tentang dirinya : “Aku keluar menuju masjid, dan aku melihat-lihat halaqah-halaqah (majlis ilmu) yang ada. Bila aku lihat ada kumpulan ulama dan orang-orang tua, maka aku menghampirinya”.
Dia menceritakan: “Aku duduk di majlis ilmu Ibnu Syihab dalam usia enam belas tahun tiga bulan”.
Salah satu yang menunjukkan keberuntungannya, sebanyak delapan puluh ulama besar dari kalangan tabi´in sempat ia jumpai. Misalnya, ´Amr bin Dinas, az Zuhri, Muhammad bin al Munkadir, al A´masy, Sulaiman at Taimi, Humaid ath Thawil.
Tentang kekuatan hafalannya, ia berkata, “Aku tidak pernah menulis sesuatu, kecuali sudah aku hafal sebelum aku menuliskannya.”
Tak pelak, berkat pergaulannya dengan ulama-ulama besar, telah membentuk dirinya menjadi pribadi yang teguh, luas ilmunya dan mendalam. Ia menjadi nara sumber dalam berbagai permasalahan dan tempat curahan isi hati.
Yahya bin Yahya an Naisaburi menceritakan: “Suatu hari, ada seorang lelaki mendatangi Sufyan dengan berkata : ´Wahai , Aba Muhammad (yang dimaksud adalah Sufyan). Aku ingin mengadukan kepadamu tentang keadaan istriku. Aku menjadi lelaki yang paling hina dan rendah dimatanya”.
Maka Sufyan menggeleng-gelengka n kepala heran, dan kemudian berujar : “
Mungkin, keadaan itu muncul karena engkau menikahainya untuk meraih kehormatan?”
Lelaki itu pun mengakuinya: “Ya, betul wahai Aba Muhammad”.
Sufyan lalu berpesan: “Barang siapa pergi karena mencari kehormatan, niscaya akan diuji dengan kehinaan. Barangsiapa mengerjakan sesuatu lantaran dorongan harta, niscaya akan diuji dengan kefakiran. Barang siapa bergerak karena dorongan din, niscaya Allah akan menghimpun kehormatan dan harta bersama dinnya”.
Berikutnya, Sufyan mulai berkisah :
“Kami adalah empat bersaudara, Muhammad, Imran, Ibrahim, dan aku sendiri. Muhammad adalah kakak sulung., Imran anak bungsu. Sedangkan aku berada di tengah-tengah. Tatkala Muhammad ingin menikah, ia menginginkan kemuliaan nasab. Maka ia menikahi wanita yang lebih tinggi status sosialnya.
Kemudian Allah mengujinya dengan kehinaan.
Sedangkan Imran, (saat menikah) ingin mendapatkan harta. Maka ia menikahi wanita yang lebih kaya dari dirinya. Allah kemudian mengujinya dengan kemiskinan. Keluarga wanita mengambil seluruh yang dimilikinya, tidak menyisakan sedikitpun.
Aku pun merenungkan nasib keduanya. Sampai akhirnya Ma´mar bin Rasyid datang menghampiriku. Aku pun berdiskusi dengannya. Aku ceritakan kepadanya peristiwa yang menimpa para saudaraku. Ia mengingatkanku dengan hadits Yahya bin Ja´daj dan hadits ´Aisyah.
Hadits Yahya bin Ja´dah yang dimaksud, yaitu sabda Nabi Shollallahu ´alayhi wa sallam:
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, status sosialnya, kecantikannya dan dinnya. Carilah waniya yang beragama, niscaya tanganmu akan beruntung”.
Sedangkan hadits ´Aisyah, Nabi Shollallahu ´alayhi wa Sallam bersabda :
Wanita yang paling besar berkahnya adalah waniya yang paling ringan beban pembiayaannya”
Maka, aku memutuskan untuk memilih bagi diriku (wanita yang) memiliki din dan beban yang ringan untuk mengikuti Sunnah Rasulullah Shollallahu ´alayhi wa sallam. Allah menghimpunkan bagiku kehormatan dan limpahan harta dengan sebab agamanya”.
Itulah salah satu hikmah yang muncul dari lisannya. Tidak sedikit untaian hikmah dari Sufyan yang mencerminkan kedekatannya dengan Al Khaliq, Allah Subhaanahu wa Ta´Ala.
Sufyan bin ´Uyainah pernah ditanya tentang hakikat wara´, Dia pun menjelaskan, wara´ adalah keinginan untuk mendalami ilmu din yang menjadi sarana untuk mengenal seluk-beluk wara´. Sebagian orang menganggap sikap wara´ tercermin pada sikap diam dalam waktu yang lama dan sedikit bicara,
padahal tidak demikian. Menurut kami, sesungguhnya orang yang berbicara lagi alim, itu lebih afdhal dan lebih wara´ dibandingkan lelaki yang jahil lagi diam.
Sufyan bin ´Uyainah juga memiliki hikmah yang menunjukkan kedalaman ilmunya. Dia menyatakan, permisalan ilmu adalah bagaikan negeri kufur atas negeri Islam. Apabila penganut Islam meninggalkan jihad, niscaya orang-orang kafir akan datang dan mengambil Islam. Jika orang-orang meninggalkan ilmu, maka mereka menjadi manusia-manusia bodoh.
Tentang pentingnya menyampaikan ilmu yang sudah diketahui, dia berkata :
“Tidaklah disebut (sebagai) alim orang yang mengetahui kebenaran dan kejelekan. Tetapi, orang alim sejati ialah orang yang mengetahui kebaikan dan mengikutinya, serta mengetahui kejelekan dan menjauhinya”.
Semoga Allah menganugerahinya dengan rahmat yang luas dan menempatkannya di surga-Nya yang tertinggi.

Diketik kembali oleh Ummu ´Umar dari Majalah As-Sunnah Edisi
10/IX/1426H/ 2005M
Yang mana tulisan dari Majalah As Sunnah tersebut bersumber dari Tahdzibul
Kamal fi Asma-i ar Rijal (3/223-228) karya Aal Hafizh Jamaluddin Abul
Hajjaj Yusuf al Mizzi, tahqiq Basyyar Awwad Ma´ruf, Muassasah ar Risalah,
Cetakan 1 Tahun 1418 H - 1998 M

Readmore »»

cinta...


tiga tanda cinta :
1. barang siapa mencintai Allah SWT, maka ia pasti mencintai orang yang dicintai Allah SWT.
2. barang siapa mencintai orang yang dicintai Allah SWT, maka ia akan mencintai sesuatu karena Allah SWT.
3. barang siapa mencintai sesuatu karena Allah SWT, maka ia akan senang jika amalnya tidak diketahui orang lain.

(sufyan bin uyainah RA)

Readmore »»

Wednesday, September 17, 2008

nama itu doa....

 

Pencapaian Brilian Remaja Ikhsan

Rabu, 27 Agustus 2008 | 03:00 WIB

Oleh GESIT ARIYANTO

Namanya Ikhsan Brilianto. Usianya baru 14 tahun. Di antara ratusan peserta Lomba Karya Ilmiah Remaja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LKIR-LIPI Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, ia termasuk termuda. Namun, pelajar kelas III SMP Negeri 5 Yogyakarta itu membuktikan, muda tak bisa disepelekan. Ia terbaik di bidangnya. ”Saya enggak nyangka,” kata Ikhsan singkat mengomentari kemenangannya.

Karya ilmiahnya berjudul Bom Waktu Dunia Pariwisata di Yogyakarta (Sebuah Studi tentang Praktik-praktik Pramuwisata Liar). Juri menilai idenya orisinal. Dari presentasi langsung, ia membuktikan bahwa ia tak menjiplak, menyadur, atau sekadar menjalankan tugas dari orang lain.

Atas prestasinya itu, Ikhsan mengantongi piagam penghargaan dan uang senilai Rp 18 juta, serta ke Korea menghadiri forum ilmiah dunia, the 1st APEC Future Scientist Conference di Gyeongnam, 20-24 Agustus 2008.

”Rasanya senang banget,” kata Ikhsan.

Kemenangan kali ini prestasi keduanya. Tahun 2007, ketika masih kelas I SMP, Ikhsan meraih Juara Harapan I Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR). Karyanya berjudul Prospek Berdagang Klithikan Sebagai Alternatif Wirausaha di Yogyakarta.

Baginya, proses mencari, menemukan, dan menuangkan ide ke dalam tulisan amat menantang. Ia justru menikmati hal-hal yang tak mudah dikerjakan.

Dua ide karya ilmiahnya dekat dengan keseharian. Rumahnya di kawasan alun-alun selatan Yogyakarta. Di sini banyak pedagang barang bekas (klithikan) sekaligus dekat destinasi wisata. Jalur pergi-pulang dari rumah ke sekolahnya pun melintasi nadi pariwisata tersohor, Malioboro.

Terkait ide karya ilmiah keduanya, ia berujar, ”Saya kepikiran, kok ada pramuwisata tak resmi. Dampaknya apa?” Lebih lanjut ia dibimbing salah satu guru Fisika SMPN 5, Andi Rahayu.

Salah satu juri yang juga peneliti otonomi daerah (otda) LIPI Syarif Hidayat menyebut kelebihan Ikhsan ada pada orisinalitas dan energinya menuangkan ide ke dalam tulisan. Ini lebih dari sekadar gagasan.

Idenya yang orisinal dinilai menarik. Syarif berkomentar, tak banyak penelitian seputar pariwisata yang menyoroti dampak kehadiran pramuwisata liar.

Otodidak

Keterampilan bungsu pasangan guru SMA, Farida (51), guru Ekonomi, dan Yati Utami Purwaningsih (43), guru Biologi, itu tumbuh otodidak. Metode penelitian dan penulisan dipelajarinya dari modul penulisan ilmiah milik kakak satu-satunya, Kartika Afrida Fauziah (17), pelajar SMA 1 Yogyakarta.

Kakaknya memenangi beberapa lomba penulisan ilmiah. Terakhir, ia meraih medali perak pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) VII di Makassar, yang berakhir hari Kamis (14/8).

Sang ibu, Yati Utami, mengaku tak pernah membebani anaknya dengan prestasi. Ia hanya menekankan, aksesori hidup sejatinya bukanlah benda.

”Saya tekankan, jangan fokus pada prestasi. Lebih penting mengambil pengalaman dan hikmahnya,” kata Yati yang juga juara II Lomba Karya Ilmiah Guru (LKIG) LIPI Bidang Matematika, IPA, dan Teknologi (Mipatek) tahun 2007.

Baginya, Ikhsan anak yang nrimo, dewasa, dan ulet. Jika teman sebayanya diantar-jemput atau ribut meminta sepeda motor, Ikhsan asyik bersepeda.

Keuletannya terlihat dari proses penulisan. Dalam tiga bulan, terpotong ulangan umum, ia menemui dan mewawancarai puluhan narasumber: pramuwisata, turis asing, hingga birokrat. Keluar masuk sejumlah lokasi wisata ia lakoni, seperti Malioboro, Tamansari, Keraton, dan Alun-alun Selatan.

Sering kali sepulang sekolah ia mampir ke Malioboro, mengobservasi dan menemui turis asing, atau nongkrong bareng pramuwisata. Untuk memudahkan misi, sesekali ia mengaku ”mengerjakan tugas sekolah”. Ini tergantung situasi, katanya.

”Biasanya, kalau bilang tugas sekolah, bule-bule mau cerita panjang lebar. Saya tinggal mendengarkan saja tho,” urai dia. Ia memanfaatkan keberadaan Tourist Information Center (TIC).

Dari wawancaranya dengan para pelancong asing, Ikhsan mengetahui bahwa sebagian besar mereka terganggu dengan ulah pramuwisata liar dan penjaja asongan. Apalagi bila mereka memaksa.

Di sisi lain, pramuwisata liar mengaku hidup dari profesi itu sekalipun hasilnya tak pasti. Alat rekam digital selalu di sakunya, untuk merekam semua dialog. ”Enggak ketahuan tho, kan kecil.”

Ia pun jadi tahu beberapa istilah internal pramuwisata liar, seperti ”menyembelih” atau ”mbeleh” turis, mreteli turis, turise bodho, dan harga belehan. Praktik itu berujung keuntungan sesaat, mengabaikan kualitas layanan.

Caranya, mematok komisi setinggi mungkin atau mematok harga produk melampaui tarif normal. Modusnya, bekerja sama dengan pedagang suvenir atau galeri tertentu.

Untuk membuktikan yang terakhir, Ikhsan menelepon sekaligus merekam (melalui telepon seluler) dialognya dengan penjaga atau pemilik toko suvenir, yang biasa bekerja sama dengan pramuwisata liar. Di hadapan para juri, rekaman itu diputar ulang melalui komputer jinjing (laptop).

”Saya bermaksud positif, memberi refleksi bahwa praktik pramuwisata liar dapat menghambat pariwisata. Bahkan, bisa mematikan wisata itu sendiri,” kata dia.

Penelitiannya menyimpulkan, tertib organisasi pramuwisata penting dan mutlak dilakukan.

Dewasa dan ulet

Ikhsan berbeda dengan mayoritas teman sebayanya. Meski menyukai game online seperti Ragnarok, ia tak terjebak. Begitu pun playstation (PS).

Menjelajah internet juga salah satu hobinya. Di antaranya untuk mengunduh lagu-lagu kesukaan melalui situs-situs keagamaan atau membuka YouTube.

Keberbedaan Ikhsan, seperti diuraikan sang ibu, terlihat sejak kanak-kanak. Kalau teman sebayanya asyik lari-larian, ia ngumpul bareng orang tua.

Kini, di saat sebagian teman sebayanya berburu album rekaman rock, slow rock, atau lagu-lagu pop terkini, Ikhsan justru hobi mendengarkan lagu nasyid dan melagukan ayat-ayat Al Quran (kiroah). Ia vokalis grup nasyid di sekolah. Tak heran bila ia tertarik mendalami Sastra Arab. Kini, ia berusaha keras menghafal ayat-ayat Al Quran.

Di luar itu, ia rutin berlatih menari tradisional di Sanggar Tari Pujokusuman. Setidaknya ia menguasai delapan tarian tradisional Yogyakarta, di antaranya tari Klonorojo, Klonotopeng, dan Beksan. Kata Ikhsan, menari adalah melatih kesabaran dan menjaga keseimbangan otak. Tahun 2005, ia juara tari klasik tingkat SD se-Kabupaten Bantul.

Di tengah ”bombardir” prestasi pelajar Indonesia di ranah ilmu pasti, pencapaian Ikhsan menjadi semacam jeda. Ia contoh generasi muda yang mampu keluar dari ego-nya dan mengalihkan perhatian pada kondisi sosial sekitar.

Tak hanya sebagai pengamat, tetapi mengembangkan ide berbuah tawaran solusi. Sesederhana apa pun itu.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/27/01294694/

 

Readmore »»

Monday, September 15, 2008

discomgoogolation

sebagai salah satu "penggemar" internet yang tergolong newbie, baru saja baca istilah super asing, (jadi inget "sesungguhnya, segala sesuatu yang berada di muka bumi ini tak bermakna.
hingga kemudian kita manusia memberinya makna.") yang bahkan ketika saya tulis ini baru ada sekitar 4 biji kalau kata itu saya search di google... klo di yahoo hingga saya menunggu sambil menulis (karena penasaran) belum muncul hasilnya dan msn blm coba dicari...

kata si penulis dicuplikan awal... : More and more new words derivate with the development of the Internet. Take the title words "discomgoogolation and...

jadi penasaran...

[sambil baca : http://www.detiknews.com/read/2008/09/15/194915/1006694/10/ibunya-tewas-terinjak-injak,-andriyani-&-3-adiknya-yatim-piatu]

Readmore »»

Tuesday, September 02, 2008

antara kekayaan dan keinginan

bakrie yang tengah naik daun bahkan ketika tulisan ini dibuat, laba perusahaan bakrie & brothers naik 500% alias 5 kali lipat, Emiten berkode BNBR ini, mampu mencatat kenaikan laba bersih hingga 587,94 persen menjadi Rp590,27 miliar per Juni 2008 dari Rp85,80 miliar per Juni 2007 selengkapnya, dibalik kisah sukses itu masih menyisakan PR buat Lapindo yang konon sudah dibuat menjadi tanggung jawab pemerintah. di lain kisah ada seorang pengusaha menembak mati istri, anak perempuan, dan hewan peliharaan disini. jadi ingat pesen Aa, TV 21 inchi kelihatan gede kalau dibandingin TV 14 inchi, tapi bakal kliatan kecillll




Readmore »»