Wednesday, December 26, 2007

Benarkah Usia Umat Islam Hanya 1500 Tahun

............... ooooooooooooo ..............


http://eramuslim.com/ustadz/hds/7c25161330-benarkah-usia-umat-islam-hanya-1500-tahun.htm


Benarkah Usia Umat Islam Hanya 1500 Tahun

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Mohon kesediaan ustadz untuk menjawab tanda tanya besar yang menghantui rasa ingin tahu kami. Ceritanya begini:

Ada seorang ustadz dalam pernah ceramahnya mengatakanbahwa usia umat Islam 1500 tahun saja. Sehingga tinggal beberapa tahun lagi akan datang Dajjal, Nabi Isa dan Imam Mahdi.

Menurut beliau hal itu sudah dijelaskan dalam hadits nabi sebagaimana dituliskan dalam bukuHuru-hara Akhir Zamanoleh Amin Jamaluddin. Tentunya hal itu sangat membuat kami penasaran. Betulkah hal itu dan ternyata malah jadi polemik di tengah kami.

Tanpa bermaksud untuk menkonfrontir ceramah ustadz tersebut, barangkali ustadz bisa memberikan tambahan keterangan lewat kajian ilmu hadits. Yang jadi pertanyaan:

1. Siapakah yang meriwayatkan hadits itu? Dari kitab apa rujukannya?

2. Bagaimana kedudukan hadits yang terdapat dari kitab itu?

3. Siapakah Amin Jamaludin si penulis buku itu? Apakah dia seorang ahli hadits, ulama atau apa? Dan bisakah kitabnya itu dijadikan referensi rujukan kita?

Sebelumnya kami ucapkan terima kasih ustadz atas kesungguhan dan kesediaan waktu menjawab pertanyaan kami. Semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang besar disisi-Nya, Amin

Wassalamu 'alaikum wr wb.

Izzudin Haraki


Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Buku yang sempat menghebohkan dunia Islam itu judul aslinya adalah هرمجدون آخر بيان يا أمة الإسلام.Ditulis oleh seorang yang bernama Amin Muhammad Jamaluddin. Dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia berjudul Huru-hara Akhir Zaman.

Mengomentari buku yang menghebohkan ini, Al-Ustadz Hamid bin Abdillah Al-'Ali mengatakan bahwa beliau tetap menghargai niat dan usaha penulisnya untuk mengingatkan umat Islam akan datangnya hari kiamat. Dan beliau juga berpesan agar para pembaca buku ini tidak gampang bersu'uzhan kepada penulisnya.

Namun beliau juga mengingatkan kepada penulis buku ini agar tidak menggunakan rujukan yang tidak ada sumber hadits yang kuat dan menghindari hadits palsu.

Memang kalau kita baca buku itu, di sana dinyatakan dengan pasti Imam Mahdi akan muncul sebelum masuk tahun 1430 Hijriyah, atau sekitar tahun setahun lagi dari sekarang. Juga disebutkan bahwa usia umat Islam yaitu 1500 tahun.

Sehingga kalau dihitung dari sejak diutusnya nabi Muhammad SAW pada tahun 13 tahun sebelum hijrah hingga tahun ini, 1428 H, berarti usia umat Islam tinggal 1500 (1428+13) = 1500 - 1441 = 59 tahun lagi.

Titik Pangkal Masalah

Yang jadi masalah paling mendasar adalah darimana datangnya angka tahun 1430 hijriyah sebagai tahun kemunculan Al-Imam Mahdi? Dan darimana angka 1500 tahun sebagai usia umat Islam?

Menurut buku itu, angka tahun-tahun ini didapat dari hadits nabi Muhammad SAW. Dan diyakini oleh penulisnya sebagai hadits yang shahih dan bisa diterima.

Selain hadits tentang masa terjadinya kiamat, di dalam buku itu juga ada hadits lain seperti berikut ini:

Nu'aim bin Hammad meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Pada bulan Ramadhan terlihat tanda-tanda di langit, seperti tiang yang bersinar, pada bulan Syawwal terjadi malapetaka, pada bulan Dzulqa'idah terjadi kemusnahan, pada bulan Dzulhijjah para jamaah haji dirampok, dan pada Muharram, tahukah apakah Muharram itu?"

Rasulullah saw. juga bersabda:

"Akan ada suara dahsyat di bulan Ramadhan, huru-hara di bulan Syawal, konflik antara suku pada bulan Dzulqa'idah, dan pada tahun itu para jamaah haji dirampok dan terjadi pembantaian besar di Mina di mana ramai orang terbunuh dan darah mengalir di sana, sedangkan pada saat itu mereka berada di Jumrah Aqabah."

Baginda saw. juga bersabda:

"Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawwal...." Kami bertanya, "Suara apakah, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Juma'at, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jum'at di tahun terjadinya banyak gempa.

Jika kalian telah melaksanakan shalat Subuh pada hari Juma'at, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah, "Mahasuci Al-Quddus, Mahasuci Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus!", kerana barangsiapa melakukan hal itu akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu akan binasa."

Benarkah Hadits itu Hadits Shahih?

Semua yang diceritakan dalam tema buku Ini adalah permasalahan ghaib, maka yang berhak mengatakan itu hanya nabi Muhammad SAW saja. Jadi seandainya memang ada hadits yang sampai ke derajat shahih, bolehlah kita jadikan pegangan.

Tapi masalah terbesarnya, ternyata apa yang diklaim sebagai hadits shahiholeh penulis buku itu, justru ditentang oleh para ahli hadits. Para ahli hadits bahkan sampai mengatakan bahwa hadits-hadits yang digunakan dalam kitab itu adalah hadits palsu dan batil. 100% tidak bisa dijadikan dasar dalam urusan agama.

Apalagi masalah huru-hara menjelang hari kiamat termasuk masalah aqidah. Maka haram hukumnya menggunakan riwayat itu sebagai dasar rujukan.

Apa yang diklaim sebagai hadits sebenarnya sama sekali tidak layak dikatakan sebagai sabda nabi Muhammad SAW. Dan untuk itu sudah ada ancaman dari beliau sendiri tentang orang yang mengatakan bahwa suatu lafadz itu merupakan perkataan beliau, padahal beliau sendiri tidak pernah mengatakannya.

Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang berdusta tentang aku secara sengaja, maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka". (HR Muttafaqun 'alaihi).

Kelemahan Hadits Pada Buku Tersebut

1. Kelemahan Pertama: Tidak Membaca Makhthuthat

Kelemahan paling mendasar bahwa Amin Muhammad Jamaluddin meski banyak menggunakan hadits dari kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, namun pada bagian-bagian yang penting dan sangat musykil seperti perhitungan tahun turunnya Imam Al-Mahdi, beliau menggunakan hadits-hadits yang tidak jelas asal usulnya.

Di antara rujukan hadits yang bermasalah di kitab ini adalah klaim bahwa beliau menemukan makhthutah (naksah tulisan tangan) di sebuah perpustakaan di Istambul.

Setelah diteliti lebih jauh, ternyata Amin Muhammad Jamaluddin sebagai penulis tidak membaca langsung naskah tulisan tangan itu. Tetapi bersumber dari seseorang yang mengaku pernah menemukan makhthuthat itu di sebuah perpustakaan di Istanbul.

Jadi bahkan Amin Jamaluddin sendiri tidak pernah melihat langsung naskah itu dalam keadaan aslinya. Semata-mata informasi dari seseorang yang mengaku pernah melihatnya.

Dari sini saja pada dasarnya kaidah ilmiyah penulisan kitab ini sudah sangat bermasalah. Seharusnya penulis buku ini mencantumkan kopi dari makhthuthah ini dalam kitabnya. Dan akan menjadi satu cabang ilmu yang dikenal dengan nama Filologi.

2. Kelemahan Kedua: Makhthuthah Bermasalah

Menurut Ustaz Hatim Al-Auniy, anggota Hai'ah Tadris di Universtias Ummul Qura Makkah, makhthuthat yang diklaim sebagai berisi hadits shahih itu ternyata tidaklebihdari kumpulan hadits-hadits palsu nukilan dari Kitabul Fitan karya Nu'aim ibnu Hammad.

Padahal banyak dari para ulama sejak dahulu telah memberi peringatan tentang masalah periwayatan yang ada di dalam kitab Al-Fitan.

Al-Imam Ahmad mengatakan ada tiga kitab yang tidak punya dasar, di antaranya adalah Kitabul Fitan karya Nu'aim bin Hammad ini.

Sedangkan Adz-Dzahabi mengomentari tentang Nu'aim penulis makhthuthat ini sebagai orang yang jiwa manusia tidak mantap dengan riwayatnya. Senada dengan itu, Yahya bin Mu'in mengatakan bahwa Nu'aim ini meriwayatkan dari orang-orang yang tidak tsiqah (lihat Siyar A'lam An-Nubala' jilid 10 halaman 597-600).

Jadi anggaplah misalnya makhthuthat itu memang benar-benar ada di perpustakaan Istanbul sana, dan memang benar-benar ditulis oleh Nu'aim bin Hammad, tetap saja pengambilan dasar hadits itu bermasalah pada perawinya, yaitu Nu'aim bin Hammad.

3. Kelemahan Ketiga: Tadlis (Penipuan Nama Bukhari)

Para ahli hadits punya sebuah istilah yang disebut dengan tadlis. Makna mudahnya adalah penipuan. Di dalam buku ini Amin Jamaluddin menggunakan metode tadlis atau penipuan atas nama Al-Bukhari.

Hadits yang digunakan penulis buku ini sering diklaim sebagai hadits Bukhari, padahal bukan. Hadits itu sebenarnya terdapat dalam kitab tulisan gurunya Al-Bukhari yang bernama Nu'aim ibnu Hammad.

Benar bahwa Nu'aim ini guru Al-Bukhari, namun para ulama hadits banyak yang mengatakan bahwa Nu'aim ini adalah perawi yang bermasalah. Dan Al-Bukhari tidak pernah menggunakan sanad dari Nu'aim kecuali bila ada riwayat dari jalur yang lain menguatkan jalur Nu'aim.

Satu hal yang dilupakan adalah bahwa tidak mentang-mentang seseorang menjadi guru imam Al-Bukhari, lantas semua riwayat atau kitab hadits karyanya boleh dianggap shahih. Bahkan tidak semua hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari sendiri bisa dipastikan keshahihannya. Karena yang dikatakan hadits shahih adalah yang beliau masukkan ke dalam kitab shahihnya. Sedangkan kitab lain yang juga ditulis oleh beliau, belum tentu shahih.

Untuk sekedar diketahui, Al-Bukhari selain menyusun Kitab Ash-Shahih juga pernah menulis beberapa kitab lainnya seperti al-Adabul Mufrad, Raf’ul Yadain fish Shalah, al-Qira’ah khalfal Iman, Birrul Walidain, at-Tarikh ash-Shagir, Khalqu Af’aalil ‘Ibaad, adl-Dlu’afa (hadits-hadits lemah), al-Jaami’ al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, at-Tafsir al-Kabir, Kitabul Asyribah, Kitabul Hibab, dan kitab Asaami ash-Shahabah. Tapi yang benar-benar beliau jamin keshahihannya hanyalah kitab As-Shahih saja.

Sebenarnya kita masih bisa membela Nu'aim ibnu Hammad sebagai guru Al-Bukhari. Karena beliau juga tidak pernah mengatakan hadits dalam kitab Al-Fitan itu sebagai hadits shahih, makanya beliau menuliskan hadits itu lengkap sanadnya, yang akan menjadi bahan buat para peneliti hadits untuk mengerjakan tugasnya. Dan dunia Islam memang mengenal Kitab Al-Fitan ini adalah kitab yang berisi hadits-hadits batil dan israiliyyat (dongeng bangsa Israil).

Sayangnya, Amin Jamaluddin menukil hadits hadits dalam kitab Al-Fitan itu begitu saja tanpa menyebutkan bahwa isnad hadits ini belum selesai dikerjakan dan dia sama sekali tidak mencantumkan daftar perawinya. Sehingga terkesan pembaca digiring untuk mengatakan seolah-olah hadits-hadits itu shahih dengan menyebutkan bahwa Nu'aim adalah guru imam Bukhari.

Buat mereka yang terlalu bersemangat tapi awam dengan ilmu naqd (kritik) hadits, mudah sekali percaya bahwa hadits-hadits itu sebagai hadits shahih.

4. Kelemahan Keempat: Dongeng Nostradamus

Salah satu kelemahan fatal buku ini adalah turut dicantumkannya juga dongeng-dongeng modern, semisal ramalan Nostradamus yang berkebangsaan Perancis, untuk menguatkan teori penulis buku.

Sejak kapan umat Islam berdalil dengan ramalan orang kafir, meski pun ramalan itu secara kebetulan memang terjadi. Sebab ramalan itu hukumnya haram, karena satu kebenaran ditambah dengan 100 kebohongan.

Salah satu ramalan batil yang disebut-sebut sangat terkenal adalah peristiwa 11 Sptember 2001 di Newyork. Salah satu petikan di buku itu sebagai berikut:

"Di suatu tahun di abad yang baru dan sembilan bulan, dari langit akan datang Raja Teror.Langit akan terbakar pada empat puluh lima derajat. Api akan turun di kota baru yang besar itu di kota York."

Dan masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan buku ini, sehingga para ulama sampai mengharamkan umat Islam merujuk buku ini dalam memahami ajaran Islam. Karena selain bercampurnya hadits shahih dan palsu, juga banyak berisi dongeng yang dihubung-hubungkan.

Wajar kalau ada pihak yang mengatakan tujuan buku ini diterbitkan tidak lain sekedar cari sensasi belaka. Dan alasan paling logis untuk itu sekedar meraup uang saja.

Harapan kepada umat Islam, setidaknya sebelum bicara hal-hal yang berbau masalah hari kiamat yang merupakan khabar ghaibi, syarat mutlaknya adalah memastikan hanya menggunakan hadits yang shahih dalam arti yang sebenarnya. Pastikan hadits memang telah disepakati keshahihannya oleh para ulama hadits.

Selain itu kitab sharah hadits itu wajib dibaca, semacam Fathul Bari oleh Al-'Allamah Ibnu Hajar Al-'Asqalani, kitab penjelasan untuk Shahih Bukhari, atau Syarah Shahih Muslim oleh Imam An-Nawawi untuk penjelasan Kitab Shahih Muslim.

Agar jangan tujuan mulia kita tercemar dengan kejahilan ilmu hadits kita, sehingga bukannya menyebarkan ilmu tetapi malah menjadi agen khurafat. Wal 'Iyadzhu billahi.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc


Readmore »»

Monday, November 05, 2007

akad sebelum ahad ....

Pagi itu aku gugup, jam 6 sudah harus siap - siap, perutku ikut jadi error. Setelah semua siap, aku mohon doa restu dari orang tuaku, sungkem ke Ayah lalu ke Ibu, awalnya sudah pada ribut pengin di foto. tapi... sayang tidak ada yang bawa kamera digital.... Lalu sungkem ke para sesepuh. Akhirnya berangkat ke Penginapan WBL (Wisata Bahari Lamongan) tempat saudara(dari Ibu) menginap. Awalnya aku agak mengantuk, karena semalaman, Nana, adik sepupuku minta tidur bareng aku, dia minta dikeloni. Sejak jam 10 malam setelah keluarga dari ayah datang dari Magetan di Jetak(di rumah saudara), Nana minta tidur bareng aku, padahal baru aja kenal, awalnya bingung, besok pagi aku akad nikah sampai jam 12 malam belum tidur.

Setelah sampai pintu gerbang penginapan aku harus menunggu karena masih ada acara sedekah laut atau apalah aku tidak tau, padahal sudah hampir jam 6.45. Setelah menunggu agak lama, aku melanjutkan sungkemku ke Nenek dan Kakek di WBL.

Bersama beberapa kerabat aku berangkat ke masjid Mujahidin. Sampai di masjid jam 7.10, aku terlambat, karena menunggu agak lama, Naib yang hendak menikahkan aku, mengubah rencananya. Beliau menikahkan dulu ye Benu di Masjid sebelah, sementara itu aku diminta menunggu beliau.

Akhirnya calon istriku datang, aku tambah gugup, jadi tegang, hampir aku tidak berani melihat wajahnya, tapi aku yakin itu dia. Akhirnya aku wudhu, supaya lebih rilex, awalnya hendak shalat dulu tapi Naibnya sudah datang.!!!!

Bingung mau apa, yang penting ikut aja dech. Aku diminta mengisi data kelengkapan identitas, kemudian ditawari mau akad pakai bahasa apa. Aku minta pakai bahasa indonesia. Aku latihan 1 kali, kemudian setelah itu ... Saya terima nikahnya ..... Binti .... Dengan mas kawin ..... dibayar tunai.!!!

Akhirnya tidak lebih dari 1/4 jam dia resmi menjadi istriku. Dia pulang lebih dulu ke Rumahnya. Setelah selesai menyelesaikan administrasi, aku menuju rumah"ku" yang baru. Aku menuju kamar itu, kulihat dia disana. Aku minta dia mendekat, di Nashiyah-nya aku berdoa .... Allahumma Asaluka khaira ha wa khaira ma jabaltaha 'alaih, wa'uzubika min syari ha wa syari ma jabaltaha 'alaih... dia mengamini doaku.

Jam 9 aku bersiap untuk walimahan, aku duduk di sebelah istriku, acara pertama pembukaan, pembacaan kalam illahi, sambutan dari keluargaku, sambutan dari keluarga istriku, kemudian acara yang kutunggu - tunggu, hikmah walimahan. Ceramah ustd Aqib membuatku takut, amanah yang ku emban tidak ringan. Aku berharap semoga Allah memudahkan jalannya amin.... Jam 10 acara selesai.

3 Kali aku datang ke Lamongan, awal dulu perkenalan, lalu Tanggal 22 Juli aku melamar calon istriku, lalu tanggal 19 Oktober aku datang ke Lamongan. Tanggal 20 Oktober aku menikah. Alhamdulillah semua berjalan dengan baik. Alhamdulillah dia tidak meminta terlalu banyak, kami hanya berharap keberkahan atas murahnya mahar... Tanggal 22 kami kembali ke Semarang untuk pertama kalinya, bilik kecil tempat berlindung dari panas dan hujuan...

salah satu keinginanku terkabul,
menikah... Secara sederhana...!
Ahamdulillah....










=============================================

Readmore »»

Tuesday, October 16, 2007

cinta lelaki biasa

cinta lelaki biasa (true story)

Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.
Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.
Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.
Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!
Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.
Kamu pasti bercanda!
Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.
Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!
Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.
Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!
Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.
Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?
Nania terkesima.
Kenapa?
Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.
Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!
Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!
Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata ‘kenapa’ yang barusan Nania lontarkan.
Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.
Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.
Tapi kenapa?
Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.
Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.
Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!
Cukup!
Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?
Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak ‘luar biasa’. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.
Mereka akhirnya menikah.
***
Setahun pernikahan.
Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.
Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.
Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.
Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.
Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.
Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!
Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.
Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.
Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?
Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.
Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan. Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.
Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.
Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli!
Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.
Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.
Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.
Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..
Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.
Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!
Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.
Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!
Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.
Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.
Cantik ya? dan kaya!
Tak imbang!
Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.
Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.
***
Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.
Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!
Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.
Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.
Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.
Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.
Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.
Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.
Masih pembukaan dua, Pak! Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.
Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.
Dokter?
Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.
Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat?
Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.
Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.
Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.
Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.
Pendarahan hebat!
Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.
Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.
Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.
Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.
***
Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.
Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.
Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.
Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..
Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.
Nania, bangun, Cinta? Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.
Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,
Nania, bangun, Cinta? Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.
Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.
Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.
Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.
Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.
Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.
Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.
Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?
Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.
Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.
Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.
Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.
Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!
Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.
Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!
Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.
Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?
Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?
Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.
Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.
Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.
Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..
karya : Asma Nadia




###################################################################

Readmore »»

Mencintai adalah sebuah Keputusan

Lelaki tua menjelang 80-an itu menatap istrinya. Lekat-lekat. Nanar. Gadis itu masih terlalu belia. Baru saja mekar. Ini bukan persekutuan yang mudah. Tapi ia sudah memutuskan untuk mencintainya. Sebentar kemudian ia pun berkata, "Kamu kaget melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang akan kamu temui disini." Itulah kalimat pertama Utsman bin Affan ketika menyambut istri terakhirnya dari Syam, Naila. Selanjutnya adalah bukti.

Sebab cinta adalah kata lain dari memberi... sebab memberi adalah pekerjaan... sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat... sebab pekerjaan berat itu harus ditunaikan dalam waktu lama... sebab pekerjaan berat dalam waktu lama begitu hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian kuat dan tangguh... maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia akan mengatakan, "Aku mencintaimu." Kepada siapa pun!

Sebab itu adalah keputusan besar. Ada taruhan kepribadian di situ. "Aku mencintaimu," adalah ungkapan lain dari, "Aku ingin memberimu sesuatu." Yang terakhir ini juga adalah ungkapan lain dari, "Aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia... aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu agar bisa tumbuh semaksimal mungkin... aku akan merawat dengan segenap kasih sayangku proses pertumbuhan dirimu melalui kebajikan harian yang akan kulakukan kepadamu... aku juga akan melindungi dirimu dari segala sesuatu yang dapat merusak dirimu dan proses pertumbuhan itu..." Taruhannya adalah kepercayaan orang yang kita cintai terhadap integritas kepribadian kita. Sekali kamu mengatakan kepada seseorang, "Aku mencintaimu," kamu harus membuktikan ucapan itu. Itu deklarasi jiwa bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan, tapi terutama tentang kesiapan dan kemampuan memberi, kesiapan dan kemampuan berkorban, kesiapan dan kemampuan melakukan pekerjaan-pekerjaan cinta: memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi.

Sekali deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan hilang lenyap. Tidak ada cinta tanpa kepercayaan. Begitulah bersama waktu, suami atau istri kehilangan kepercayaan kepada pasangannya. Atau anak kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya. Atau sahabat kehilangan kepercayaan kepada kawannya. Atau rakyat kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya. Semua dalam satu situasi: cinta yang tidak terbukti. Ini yang menjelaskan mengapa cinta yang terasa begitu panas membara di awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada tahun kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Dan tiba-tiba saja perkawinan bubar, persahabatan berakhir, keluarga berantakan, atau pemimpin jatuh karena tidak dipercaya oleh rakyatnya.

Jalan hidup kita biasanya tidak linear. Tidak juga seterusnya pendakian. Atau penurunan. Karena itu konteks dimana pekerjaan-pekerjaan cinta dilakukan tidak selalu kondusif secara emosional. Tapi disitulah tantangannya: membuktikan ketulusan di tengah-tengah situasi-situasi yang sulit. Disitu konsistensi teruji. Disitu juga integritas terbukti. Sebab mereka yang bisa mengejawantahkan cinta di tengah situasi yang sulit, jauh lebih bisa membuktikannya dalam situasi yang longgar.

Mereka yang dicintai dengan cara begitu, biasanya merasakan bahwa hati dan jiwanya penuh seluruh. Bahagia sebahagia-bahagianya. Puas sepuas-puasnya. Sampai tak ada tempat bagi yang lain. Bahkan setelah sang pecinta mati. Begitulah Naila. Utsman telah memenuhi seluruh jiwanya dengan cinta. Maka ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah suaminya terbunuh. Ia bahkan merusak wajahnya untuk menolak semua pelamarnya. Tak ada yang dapat mencintai sehebat lelaku tua itu.

*Anis Matta








##################################################

Readmore »»

Tuesday, October 02, 2007

Ramadhan yang Kan Berlari….

Ramadhan yang Kan Berlari….

Nak, menangislah,

Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubarimu. Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. Dan tadarus quranmu tak juga beranjak pada juz empat.jika itu adalah ungkapan penyesalanmu. jika itu merupakan awal tekadmu untuk menyempurnakan tarawih dan qiyamul lailmu yang centang perenang (ah, pasti kamu masih ingat obrolan tadi siang ketika dengan senyum manisnya teman ruanganmu berucap, "alhamdulillah tarawihku belum bolong. " dan kamu merasa ada malaikat yang menjauh darimu dan pindah padanya. Kamu merasa sendiri, terasing.)

Menangislah,

Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa ada satu hamba Allah yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena. Yang katanya berdoa sejak dua bulan sebelum ramadhan, yang katanya berlatih puasa semenjak rajab, yang katanya rajin mengikuti taklim tarhib ramadhan, tapi..., tapi sampai puasa hari ke tiga belas masih juga menggunjingkan kekhilafan teman ruanganmu, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunnah... Bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib.

Menangislah, lebih keras...

Allah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kamu masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa beberapa belas. Tak ada yang dapat menjamin usiamu sampai untuk Ramadhan besok, sedang Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang kan hilang, bersama nostalgia yang terus tumbuh bersama usiamu. Setengah sadar menatap hidangan saat sahur, kolak-es buah yang tersaji saat berbuka, menyusuri gang sempit saat tadarus keliling, petasan dan kembang api yang disulut usai subuh. Ramadhan yang selalu membuka ingatan masa kecilmu dan terus terulang mengisi tahun-tahun kedewasaan...

Menangislah,

Untuk dosa-dosa yang belum juga diampuni, tapi kamu masih juga menambahi dengan dosa baru. Berapa kali kamu sholat taubat, tetapi tak lama kemudian ada saja kelalaian yang kamu buat? Kamu bilang tak sengaja? Tapi mengapa berulang dan tak juga kamu mengambil pelajaran? Syarat taubatan nasuha adalah bertekad tidak mengulanginya lagi dan bukannya bertobat sambil berucap 'kalau kejadian lagi, yaa taubat lagi'...

Menangislah.

Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. Karena besok waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah sepuluh hari terakhir dan kamu belum bersiap untuk itikaf. Dan lembar-lembar quran menunggu untuk dikhatamkan. Dan keping-lembar mata uang menunggu disalurkan. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali...

dari seorang rekan (semoga Allah SWT merahmati beliau... AMIN)

Readmore »»

Harta Karun untuk Semua

Harta Karun untuk Semua
oleh Dewi Lestari

Hari ini kiriman buku yang saya pesan dari Amazon.com datang. Ada satu buku
yang langsung saya sambar dan baca seketika. Judulnya: "Stuff - The
Secret Lives of Everyday Things". Buku itu tipis, hanya 86 halaman, tapi
informasi di dalamnya bercerita tentang perjalanan ribuan mil dari mana
barang-barang kita berasal dan ke mana barang-barang kita berakhir.

Dimulai sejak SD, saat saya pertama kali tahu bahwa plastik memakan waktu
ratusan tahun untuk musnah, saya sering merenung: orang gila mana yang
mencipta sesuatu yang tak musnah ratusan tahun tapi masa penggunaannya
hanya dalam skala jam-bahkan detik? Bungkus permen yang hanya bertahan
sepuluh detik di tangan, lalu masuk tong sampah, ditimbun di tanah dan baru
hancur setelah si pemakan permen menj adi fosil.

Sukar membayangkan apa j adi nya hidup ini tanpa plastik, tanpa cat, tanpa
deterjen, tanpa karet, tanpa mesin, tanpa bensin, tanpa fashion. Dan
sebagai konsumen dalam sistem perdagangan modern, sejak kita lahir rantai
pengetahuan tentang awal dan akhir dari segala sesuatu yang kita konsumsi
telah diputus. Kita tidak tahu dan tidak dilatih untuk mau tahu ke mana
kemasan styrofoam yang membungkus nasi rames kita pergi, berapa banyak
pohon yang ditebang untuk koran yang kita baca setengah jam saja, beban
polutan yang diemban baju-baju semusim yang kita beli membabi-buta.

Untuk aktivitas harian yang kita lewatkan tanpa berpikir, yang terasa
wajar-wajar saja, pernahkah kita berhitung bahwa untuk hidup 24 jam kita
bisa menghabiskan sumber daya Bumi ini berkali-kali lipat berat tubuh kita
sendiri?

Untuk menyiram 200 cc air kencing, kita memakai 3 liter air. Untuk mencuci
secangkir kopi, kita butuh air sebaskom. Untuk memproduksi satu lapis
daging burger yang mengenyangkan perut setengah hari dibutuhkan sekitar
2,400 liter air. Produksi satu set PC seberat 24 kg yang parkir di atas
meja kerja kita menghasilkan 62 kg limbah, memakai 27,594 liter air, dan
mengonsumsi listrik 2,300 kwh. Bagaimana dengan chip kecil yang bekerja di
dalamnya? Limbah yang dihasilkan untuk memproduksinya 4,500 kali lipat
lebih berat daripada berat chip itu sendiri.

Mengetahui mata rantai tersembunyi ini bisa menimbulkan berbagai reaksi.
Kita bisa frustrasi karena terjepit dalam ketergantungan gaya hidup yang
tak bisa dikompromi, kita bisa juga semakin apatis karena tidak mau pusing.
Yang jelas, sesungguhnya ini adalah pengetahuan yang sudah saatnya dibuka.
Pelajaran Ilmu Alam, selain belajar penampang daun dan membedah jantung
katak, dapat dibuat lebih empiris dengan mempelajari hulu dan hilir dari
benda-benda yang kita konsumsi, sehingga tanggung jawab akan alam ini telah
disosialisasikan sejak kecil.

Pernahkah kita merenung, saat kita memasuki gedung FO empat lantai, Pasar
Baru, atau berjalan-jalan ke Gasibu pada hari Minggu di mana ada lautan
PKL: tidakkah semua baju dan barang-barang itu mampu memenuhi kecukupan
penduduk satu kota ? Tapi kenapa barang-barang ini tidak ada habisnya
diproduksi? Setiap hari selalu ada jubelan pakaian baru yang menggelontori
pasar. Pernahkah kita merenung, saat kita memasuki hypermarket dan melihat
ratusan macam biskuit, ratusan varian mie instan, dan ratusan merk sabun:
haruskah kita memiliki pilihan sebanyak itu?

Pernahkah kita merenung, apa yang kita inginkan sesungguhnya jauh melebihi
apa yang kita butuhkan?

Atas nama kecukupan, satu manusia bisa hidup dengan lima pasang baju dalam
setahun, bahkan lebih. Atas nama fashion, jumlah itu menj adi tidak
berbatas. Atas nama kebutuhan, satu manusia bisa hidup dengan beberapa
pilihan panganan dalam sehari. Atas nama selera dan nafsu, seisi Bumi tidak
akan sanggup memenuhi keinginan satu manusia.

Permasalahan ini memang bisa dilihat dari berbagai kaca mata. Seorang
ekonom mungkin akan menyalahkan sistem kapitalisme dan globalisasi. Seorang
sosialis akan mengatakan ini masalah distribusi dan pemerataan. Tapi jika
kita runut, satu demi satu, bahwa Bumi adalah kumpulan negara, negara
adalah kumpulan kelompok, dan kelompok adalah kumpulan individu,
permasalahan ini akan kembali ke pangkuan kita. Dan kesadaran serta
kemauan kitalah yang pada akhirnya akan memungkinkan sebuah perubahan
sejati.

Belum pernah dalam sejarah kemanusiaan keputusan harian kita menj adi sangat
menentukan. Tidak perlu menunggu Amerika menyepakati protocol Kyoto, tidak
perlu juga menunggu penjarah hutan tertangkap, setiap langkah kita-memilih
merk, kuantitas, tempat, gaya hidup-adalah pilihan politis dan ekologis
yang menentukan masa depan seisi Bumi.

Saya belum bisa mengorbankan komputer karena itulah instrumen saya bekerja,
tapi saya bisa lebih awas dengan jam penggunaan dan mematikannya jika tidak
perlu. Saya belum bisa mengorbankan kebutuhan akan informasi, tapi saya
bisa memilih membaca berita lewat internet atau membaca koran di tempat
publik ketimbang berlangganan langsung. Bagaimana dengan fashion?
Di dunia citra ini, dengan profesi yang mengharuskan banyak tampil di muka
publik, saya pun belum bisa mengorbankan keperluan fashion (baca: membeli
busana lebih sering dari yang dibutuhkan), tapi saya bisa membuat komitmen
dengan lemari pakaian, yakni baju yang saya miliki tidak boleh melebihi
kapasitas lemari saya. Jika lebih, maka harus ada yang keluar. Dan setiap
beberapa bulan saya dihadapkan pada kenyataan bahwa ada baju yang tidak
saya pakai setahun lebih atau baju yang cuma sekali dipakai dan tak pernah
lagi. Bukan cuma baju, ada juga buku, pernik rumah, alat dapur, bahkan
sabun dan sampo yang utuh tak disentuh.

Alhasil, dalam rumah saya ada semacam peti-peti 'harta karun', yang
berisikan barang-barang yang harus keluar dari peredaran, karena jika
dipertahankan hanya menj adi kelebihan tanpa lagi unsur manfaat. Harta karun
ini lantas harus dic arik an lagi outlet untuk penyaluran.

Pada waktu perayaan 17 Agustus, di kompleks saya diselenggarakan bazaar.
Para warga menyewa stand untuk berjualan. Saya ikut berpartisipasi, dan
sayalah satu-satunya penjual barang bekas di antara penjual barang-baru
baru. Karena bukan demi cari untung, barang-barang itu saya lepas dengan
harga sangat murah. Yang membeli bukan cuma warga kompleks, tapi juga dari
kampung sekitar. Hari pertama, saya sudah kehabisan dagangan. Terpaksa saya
mengontak saudara-saudara saya yang barangkali juga punya barang bekas
untuk disalurkan. Sama dengan saya, mereka pun punya timbunan harta karun
yang entah harus diapakan. Stand saya menj adi salah satu stand paling laris
selama bazaar berlangsung. Dan kakak saya terkaget-kaget dengan penghasilan
yang ia dapat dari tumpukan barang yang sudah dianggap sampah.

Berjualan di bazaar tentu bukan satu-satunya jalan, ada aneka cara kreatif
lain untuk memanfaatkan harta karun kita, termasuk juga disumbangkan ..
Namun yang lebih sukar adalah memulai membuat komitmen-komitmen pembatasan
diri.
Berkomitmen dengan rak buku, dengan lemari pakaian, dengan rak kamar
mandi, dengan laci dapur, dan pada intinya... dengan diri sendiri. Siapkah
kita menentukan batasan dan berjalan dalam koridor itu?

Dan, yang lebih susah lagi, adalah pengenda lia n diri dari awal bersua aneka
pilihan yang membombardir kita setiap hari, lalu sadar dan mawas akan
rantai sebab-akibat yang menyertai pilihan kita. Membuka diri untuk info
dan pengetahuan ekologi adalah salah satu cara pembekalan yang baik.
Walaupun sekilas tampak merepotkan dan bikin frustrasi, tapi kantong kresek
yang kita buang t adi pagi tidak akan hilang oleh sihir, dan hamburger yang
kita makan tidak dipetik dari pohon.
Rantai yang menyertai barang-barang
itu tidak akan hilang hanya karena kita menolak tahu.

Banyak orang yang berkomentar pada saya, " Aduh , Wi . Kamu bikin hidup tambah
susah saja." Dan mereka benar. Hidup ini tak mudah. Untuk itu kita justru
harus belajar menghargai setiap jengkalnya. Memilih hidup yang lebih
sederhana, hidup dengan tempo yang lebih pelan, hidup dengan pengasahan
kesadaran, tak hanya membantu kita lebih eling dan terkendali, tapi juga
membantu Bumi ini dan jutaan manusia yang dij adi kan alas kaki oleh industri
demi pemenuhan nafsu konsumsi kita sendiri.

Lingkaran setan? Ya. Tapi tidak berarti kita tak sanggup berubah.

Selama ini kita adalah pembeli yang berlari. Dalam kecepatan tinggi kita
bertransaksi, sabet sana sabet sini, tanpa tahu lagi apa yang sesungguhnya
kita cari.

Berhentilah sejenak. Marilah kita berjalan.

Readmore »»

Monday, October 01, 2007

Mawar untuk Ibu

Mawar untuk Ibu

Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadis kecil, "Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu."

Pria itu tersenyum dan berkata, "Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau." Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke
ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, "Ya tentu saja. Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya?"

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, dimana lalu gadis kecil itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal ini, hati pria itu menjadi trenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas, ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.

Readmore »»

Muhammad SAW dan pengemis buta

Mohon maaf saya belum bisa memastikan sumbernya….

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni
Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,Anakku, adakah kebiasaan
kekasihku yang belum aku kerjakan?

Aisyah RA menjawab,Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.
Apakah Itu?, tanya Abubakar RA.
Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan
membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana, kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, Siapakah kamu?
Abubakar RA menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).
Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, bantah si pengemis buta itu.

Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang
dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia....


Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah
SAW?
Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau?
Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq.

Wallahua’lam

Readmore »»

Friday, September 28, 2007

Dari Seorang Perempuan biasa: for everyone !

Dari Seorang Perempuan biasa: for everyone !



Aku akan Menikah


Aku Akan Menikah

Aku akan menikah
Tahun ini juga
Meski belum ada tanda darinya

Aku akan menikah
Bulan ini juga
Meski belum jelas kepastian darinya

Aku tetap ingin menikah
Meski banyak hal yang masih samar
Aku akan selalu optimis
Karena keyakinan yang kan membuktikan
Suatu saat ku pasti kan menikah

Baca Qur'an Saja,

Ketika kita merasa jenuh
Baca Qur'an saja, bisa hilang jenuhnya

Ketika kita merasa sepi
Baca Qur'an saja, bisa hilang rasa sepinya

Ketika kita tak bergairah
Baca Qur'an saja, bisa semangat lagi

Ketika segala sesuatu terasa membosankan
Baca Qur'an saja, bisa jadi lain

Ketika kita kebingungan memutuskan sesuatu
Baca Qur'an saja, bisa lebih tenang

Ketika banyak ketidaknyamanan dalam hati kita rasakan
Baca Qur'an saja, beda rasanya...

Baca Qur'an saja bisa merubah semuanya
Bisa buat diri jadi lebih baik
Bisa buat diri jadi yang terbaik
Bisa menghantarkan diri ke kebaikan

Baca Qur'an saja sudah begitu berarti
Belum menghapalkannya
Apalagi mengamalkannya
Subhanallah !

Kupikir..... . pasrah saja

Waktu aku datang ke sebuah undangan silaturahmi
Ku pikir calon suamiku ada di sana
Ternyata tidak ada...

Waktu aku gabung ke dalam kegiatan tarbiyah
Ku pikir calon suamiku ada di situ
Ternyata tidak ada juga...

Ketika aku ta'aruf
Ku pikir dia calon suamiku
Ternyata bukan

Ketika segala upaya tlah dikerahkan
Ketika berbagai ikhtiar tlah dilalui
Seolah-olah sudah tidak ada jalan lagi
Ya sudah, pasrah saja !

Demi Engkau, ya Robb...

Ya Robb, aku mohon pada Mu
Karena ku tahu hanya Engkau
Yang paling bisa kupercaya

Betapa sayangnya Engkau padaku
Engkau sengaja menunda masa khitbahku
Karena Engkau ingin aku dekat dengan Mu
Hanya dengan Mu saja.....

Engkau sengaja menunda hari bahagia itu
Karena Engkau tahu
Kesendirianku membuat diriku
Akan semakin mengingat Mu

Terima kasih ya Robb...
Engkau memang segalanya bagiku
Dan akan selalu begitu
Sampai tidak ada batas waktu
Bahkan jika akhirnya hari yang kutunggu itu datang
Aku akan tetap memohon
Semoga Kau jodohkan aku dengan seorang
Yang buat aku makin mudah tuk dekat dengan Mu
Lebih mudah untuk istiqomah di jalan Mu
Lebih banyak kebaikan yang kutebarkan
Lebih banyak manfaat yang kupersembahkan
Demi Engkau, ya Robb
Aamiin....

Ikhlas, Sabar, Ridho

Keikhlasan itu datang dalam hatiku
Disaat ku nanti khitbahnya
Kesabaran hadir dalam hatiku
Di saat ku tunggu kepastiannya
Keridhoan itu ada dalam hatiku
Ketika sampai sekarang belum ada kejelasan darinya

Keikhlasan, kesabaran, keridhoan
Semuanya itu tak kan pernah muncul di hatiku
Tanpa kehendak Mu

Ya Allah, semuanya kini terserah pada Mu
Karena ku yakin Engkau tahu jalan yang terbaik
Hanya Engkau yang berhak memberikan yang terbaik
Dan hanya Engkau Maha Menguasai hati

Buat apa tarbiyah ?

Katanya tarbiyah,
Tapi kenapa selalu mengeluh
Merasa tidak enak, mengeluh
Merasa tidak puas, mengeluh

Katanya tarbiyah,
Tapi selalu saja sibuk
Sibuk mengingat kekurangan orang lain
Sibuk menceritakan keburukan orang lain

Alasannya cuma sekedar curhat
Tidak bermaksud negatif, apa bedanya?
Kalau curhat cuma ke satu orang
Tapi kenapa semua orang jadi tahu?

Bukankah tarbiyah itu seharusnya menambah ilmu?
Bukankah kita yang bertarbiyah ini seharusnya berilmu?
Bukankah tarbiyah mengajarkan supaya jadi lebih pemaaf?
Bukankah tarbiyah mendidik supaya jadi lebih solutif?

Ternyata yang penting bukan tarbiyahnya
Tapi kemauan merubah diri 'tuk selalu menjadi lebih baik
Jadi, buat apa tarbiyah kalau akhirnya orang lain jadi
sakit?

Terserah kamu...

Aku ada di sini, kamu ngga ada
Aku cari kamu di sana, tapi kamu ngga ada
Aku sampai datang ke sana, kamu ngga ada
Aku jauh-jauh ke sana, kamu ngga ada

Kamu jauh sih...
Lalu, kapan kita ketemunya?
Maunya aku hari ini juga
Sekarang juga, saat ini juga

Siap kah kamu ?
Walau hanya silaturahmi saja?
Syukur-syukur kalau jadi khitbah
Kalau ngga, tidak jadi masalah, bukan?

Kamu takut ditolak?
Kamu masih minder?
Kamu masih mikir finansial?
Kamu masih ragu?

Pasti segudang alasan yang akan kamu buat
Pasti banyak alasan yang akan kamu beri
Pasti kamu lagi bingung mana alasan yang tepat

Terserah kamu saja...
Yang penting aku sudah kasih kamu kesempatan ikhtiar
Moga ALLAH memudahkan langkah ikhtiar & kemantapan hati

Readmore »»

KARENA DIA MANUSIA BIASA

"KARENA DIA MANUSIA BIASA "

Mengapa?? Karena Dia Manusia Biasa

Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu
mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih
dia sebagai suamimu/istrimu? Jawabannya sangat
beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga
jawaban duniawi (cakep atau tajir :D manusiawi lah
:P). Tapi ada satu jawaban yang sangat berkesan di
hati saya. Hingga detik ini saya masih ingat setiap
detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang
baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh
ajaib. Mereka hanya
berkenalan 2 bulan. Lalu memutuskan menikah. Persiapan
pernikahan hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja.
Kalau dia seorang akhwat, saya tidak
akan heran. Proses pernikahan seperti ini sudah lazim.
Dia bukanlah akhwat, sama seperti saya. Satu hal yang
pasti, dia tipe wanita yang sangat berhati-hati dalam
memilih suami. Trauma dikhianati lelaki
membuat dirinya sulit untuk membuka diri. Ketika dia
memberitahu akan menikah, saya tidak menanggapi dengan
serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya
berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya
tidak ingin melihatnya menangis lagi.

Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan
tanggal pernikahannya. Serta memohon saya untuk cuti,
agar bisa menemaninya selama proses pernikahan. Begitu
banyak pertanyaan dikepala saya. Asli.
Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima
lelaki itu. Ada apakan gerangan? Tentu suatu hal yang
istimewa. Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat
ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk sekali waktu itu
(sok sibuk sih aslinya). Saya tidak bisa membantunya
mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia telfon
saya untuk meminta pendapat tentang beberapa hal.
Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan
perkembangan persiapan pernikahannya. That's all. Kita
tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama
cuti itu saya memutuskan untuk menginap dirumahnya.
Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol -hanya-
berdua. Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi,
sungguh membelenggu kita. Padahal rencananya kita
ingin ngobrol tentang banyak hal. Akhirnya, bisa juga
kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya
tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak pada saya.
Beberapa kali Mamanya mengetok pintu, meminta kita
tidur.

"Aku gak bisa tidur." Dia memandang saya dengan wajah
memelas. Saya paham kondisinya saat ini.

"Lampunya dimatiin aja, biar dikira kita dah tidur."

"Iya.. ya." Dia mematikan lampu neon kamar dan
menggantinya dengan lampu kamar yang temaram. Kita
melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik.
Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kita lakukan.
Kita berbicara banyak hal, tentang masa lalu dan
impian-impian kita. Wajah sumringahnya terlihat jelas
dalam keremangan kamar. Memunculkan aura cinta yang
menerangi kamar saat itu. Hingga akhirnya terlontar
juga sebuah pertanyaan yang selama ini saya pendam.

"Kenapa kamu memilih dia?" Dia tersenyum simpul lalu
bangkit dari tidurnya sambil meraih HP dibawah
bantalku. Berlahan dia membuka laci meja riasnya.
Dengan bantuan nyala LCD HP dia mengais lembaran
kertas didalamnya. Perlahan dia menutup laci kembali
lalu menyerahkan selembar amplop pada saya. Saya
menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang
dengan kop surat perusahaan tempat calon suaminya
bekerja. Apaan sih. Saya memandangnya tak mengerti.
Eeh, dianya malah ngikik geli.

"Buka aja." Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas
polos ukuran A4,saya menebak warnanya pasti putih
hehehe. Saya membaca satu kalimat diatas dideretan
paling atas. "Busyet dah nih orang." Saya
menggeleng-gelengka n kepala sambil menahan senyum.
Sementara dia cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya
memulai
membacanya. Dan sampai saat inipun saya masih hapal
dengan kata-katanya. Begini isi surat itu.

Kepada YTH

Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak
Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya
Di tempat

Assalamu'alaikum Wr Wb

Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon
bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan
dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu
sampai selesai.

Saya, yang bernama ...... menginginkan anda ......
untuk menjadi istri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya
hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan.
Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap
punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha
punya penghasilan untuk mencukupi
kebutuhan istri dan anak-anakku kelak. Saya memang
masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah nanti
akan ngontrak selamannya. Yang pasti, saya akan selalu
berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan
dan tidak kehujanan. Saya hanyalah manusia biasa, yang
punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya
menginginkan anda untuk
mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan
mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia
biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh karena itu.
Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan
merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak
tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati.
Karena saya tidak tahu suratan
jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat
tenaga menjadi suami dan ayah yang baik. Kenapa saya
memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa
saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh
berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda.
Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan
yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama
saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani
menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat
mungkin menjadi lebih baik dari saat ini.

Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi
jawaban pada saya. Saya kasih waktu minimal 1 minggu,
maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang
kita tempuh ini. Amin

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya
membacanya. Baru kali ini saya membaca surat 'lamaran'
yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis.
Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga.
Surat cinta minimalis, saya menyebutnya :D. Saya
menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya
dengan senyum tertahan.

"Kenapa kamu memilih dia."

"Karena dia manusia biasa." Dia menjawab mantap. "Dia
sadar bahwa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah
yang mengatur hidupnya. Yang aku tahu dia akan selalu
berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa.
Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada
kita dikemudian hari. Entah kenapa, Itu justru
memberikan kenyamanan tersendiri buat aku."

"Maksudnya?"

"Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum
tentu besok masih ada. Iya kan? Paling gak. Aku tau
bahwa dia gak bakal frustasi kalau suatu saat nanti
kita jadi gembel. Hahaha."

"Ssttt." Saya membekap mulutnya. Kuatir ada yang tau
kalau kita belum tidur. Terdiam kita memasang telinga.
Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar
tembok. Kita saling berpandangan lalu cekikikan sambil
menutup mulut masing-masing. "Udah tidur. Besok kamu
kucel, ntar aku yang dimarahin Mama." Kita kembali
rebahan. Tapi mata ini tidak bisa terpejam. Percakapan
kita tadi masih terngiang terus ditelinga saya.

"Gik..."

"Tidur. Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh
padanya. Saya ingin dia tidur, agar dia terlihat
cantik besok pagi. Kantuk saya hilang sudah,
kayaknya gak bakalan tidur semaleman nih.

Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu.
Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa
ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya.
Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh
sudah tergores sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak
ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama
pernikahnnya kelak. Lalu menjadikan proses menuju
pernikahan bukanlah sebagai beban tapi sebuah 'proses
usaha'.

Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan
harta, tahta dan 'nama'. Embel-embel predikat diri
yang selama ini melekat ditanggalkan.
Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah
dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya
dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah.
Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat
skenarionya. Maka semua menjadi indah. Hanya Allah
yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.
Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan. Hanya
Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan. Kita
hanya bisa memohon keridhoan Allah.
Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah
pernikahan. Hanya Allah jua yang akan menjaga
ketenangan dan kemantapan untuk menikah. Lalu,
bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah bilang, Cinta
itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir, lalu
tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu bisa
bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam
pernikahan yang suci. Witing tresno jalaran
garwo(sigaraning nyowo), kalau diterjemahkan secara
bebas. Cinta tumbuh karena suami/istri (belahan jiwa).
Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa,
yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang
luar biasa. Amin.

Salam

Readmore »»

Bersyukur

BERSYUKUR .....]


Kita Bersyukur :

Untuk Istri
Yang memberi makanan yang sama dengan malam kemarin,
Karena Istri DIRUMAH malam ini ,
dan TIDAK bersama orang lain ...

BERSYUKUR UNTUK SUAMI
Yang dudukbermalasan diSofa
Sambil bacakoranmales- malesan ,
Karena doi ada bersama dirumah
dan Tidak keluyuran .. apalagi ke Bar malem ini .


Bersyukur untuk anak-anak
Yang selalu PROTES dirumah
Karena artinya ... dia sedang dirumah
dan TIDAK sedang keluyuran di jalanan


BERSYUKUR untuk Pajak yang Kita bayar
karena artinya ...
Kita bekerja ... atau Punya penghasilan ...


BERSYUKUR untuk rumah yang berantakan.. .
Karena artinya Kita masih punya kesempatan
melayani orang-orang yang mengasihi Kita ...


BERSYUKUR untuk baju yang mulai kesempitan
karena artinya ...
Kita bisa lebih dari cukup untuk makan ...


BERSYUKUR pada Bayangan yang mengikuti
Karena artinya ...
tidak disilaukan oleh Matahari ...


BERSYUKUR untuk Kebun yang harus dirapikan dan perkara yang harus dibetulkan dirumah .. !!

Karena artinya ... Kita punya Rumah !!!


BERSYUKUR akan berita orang yang lagi DEMO ..
karena artinya
Kita masih PUNYA kebebasan untuk berbicara

BERSYUKUR untuk dapat tempat parkir yang paling jauh ...
Karena artinya Kita masih bisa berjalan kaki ..
dan diberkati dengan kendaraan yang Kita bisa bawa ...

BERSYUKUR pada wanita yang duduk dibelakang yang nyanyi FALS Karena artinya ...
Kita masih bisa mendengar


BERSYUKUR untuk Cucian ...
Karena artinya ... Kita punya baju yang bisa dipakai ...


BERSYUKUR karena kepenatan dan kelelahan kerja setiap hari ...
karena artinya ... KITA mampu bekerja keras setiap hari ...


BERSYUKUR mendengar Alarm yang mengganggu di pagi hari ...

Karena artinya ... KITA MASIH HIDUP ...


AKHIRNYA ... BERSYUKUR dengan banyaknya E-mail yang masuk ..


KARENA ARTINYA KITA MASIH PUNYA ANDA YANG MEMPERHATIKAN KITA.. !!


Hiduplah , BERSYUKURLah, & Kasihi sesama dengan seluruh HATIMU .. !!

Readmore »»

Tuesday, September 18, 2007

biRtHdAy

bEbeRapa hAri YAng LaLu....

Beberapa hari yang lalu, beberapa orang memberi ucapan selamat ulang tahun kepadaku, dengan berbagai padanan kata, mulai dari happy birthday, selamat ultah, selamat hari lahir, dsb... Walaupun awalnya aku sempat terlupa tapi ternyata hari itu cukup spesial juga, ada rasa gembira, senang, tapi tidak terluput rasa haru....

kadang bahkan berusaha melupakan hari itu hari kelahiranku, tetapi aku sadar ini tindakan bodoh. Semakin aku berusaha melupakan sesuatu justru semakin aku teringat. Akhirnya kucari cara yang cukup efektif... "menyibukkan diri".

kenapa sih hari itu ingin kulupakan?
sebenarnya tidak sepenuhnya aku ingin melupakan hari itu, tapi hari itu mengingatkan aku pada sebuah rentang waktu, dimana sebenarnya jatah hidupku sudah mulai berkurang....

sesaat aku tertegun, rasanya baru kemarin aku bersembunyi di balik ayahku, menghindari ibuku yang membawa kemoceng (untuk memukul-menghukumku, karena ketahuan berantem dengan adikku). LUcu... karena akhirnya malah ayah dan ibuku yang berantem...

lalu aku lanjutkan flashback... rasanya baru kemarin aku menggendong tas ransel merah, lengkap dengan topi merah putih, berangkat upacara, selesai upacara duduk di kelas 1 SD Kranji III, di Depan meja ibu guru, muridnya penuh akhirnya aku duduk bertiga dalam 1 bangku. Di sebelahku ada murid wanita, untungnya anak kecil belum kepikiran macam - macam...

malam itu aku lembur, wayangan (begadang), besok ujian EBTANAS SD, aku sendirian di rumah, orang tua sedang keluar, tiba - tiba aku ketakutan (rumahku agak menyeramkan) aku lari keluar, jongkok di luar rumah sampai orang tuaku datang...

aku berangkat berempat bersama teman satu kelas, kelas IIIA ke Jogja, berbekal uang 20ribu aku berangkat. Awal naik bis, kami datang jam 8 malam, karena uang tidak cukup kami tidur di mushala stasiun tugu, baru jam 11 malam temanku kehilangan sandal... Kami takut, kami coba cari "penginapan yang lebih layak", sekitar jam 1-3 (agak lupa) dini hari kami tidur di Emperan masjid at tahkim. Paginya bangun berangkat melanjutkan misi "mulia" kami, mencari kaos kelas. di C59 jalan kesehatan no 2.Sampai sore, sampai kami kehabisan bekal, sampai akhirnya kami tersadar kalau kami tersesatttt.... 4 orang anak SMP mencari alamat C59 untuk pesan kaos jumper ternyata yang ditemukan di alamat tersebut adalah penjual mie ayam...

malam itu aku janjian dengan sahabatku saling membangunkan, UMPTN sebentar lagi, kami harus segera memperisiapkan banyak hal untuk masa depan, setelah 3 tahun aku lewati masa happy - happy bersama rekan - rekan tercinta, sekarang saatnya ikhtiar...

pengumuman UMPTN akhirnya menyatakan aku diterima di Elektro UGM, malam dini hari aku buka di internet, dari jam 12 malam dan baru jam 3 pengumuman bisa di buka, aku tidak bisa tidur saking senangnya, (beginilah perasaan anak desa... :) )

malam itu jam12 malam aku harus siapkan pendadaran, dan alhamdulillah beberapa bulan kemudian setelah 4 tahun 9 Bulan 10 hari (kaya mau melahirkan aja) aku lulus...

........

semuanya terasa cepat, aku pejamkan mataku sebentar, rasanya baru kemarin aku memilih tas untuk persiapan kenaikan tahun ajaran baru di SD. sekarang sudah 25thn aku berada di atas dunia ini... rasanya baru kemarin, tidak terasa, sungguh cepat waktu terlewat. Aku mulai membayangkan ke depan, suatu saat nanti aku berbaring, kulit sudah keriput, anak dan cucu - cucuku duduk mengelilingi aku, dan aku kembali memejamkan mata sambil merenung, sungguh cepat Allah memberiku usia, sekarang saatnya aku pulang mempertanggung jawabkan tingkah lakuku. Teringat nasehat ustadz, usia adalah rentang waktu yang engkau habiskan bersama kebaikan!

pejamkanlah mata sejenak, renungkan kembali masa - masa indah, rasanya sungguh cepat terlewat, dan sadarlah waktu itu terlewat dengan cepat, dan saat hari pertanggung jawaban itu tiba, sudah tidak tersisa waktu menambah amalan baik....

karena itulah terkadang aku ingin melupakan usiaku...

Alhamdulillah, hingga 25 tahun, berbilang waktu, Engkau titipkan dan Engkau berikan kesempatan yang luar biasa, banyak cerita indah dari kisah hidup yang bisa terlewati, Engkau berikan pertolongan luar biasa untuk melewati setiap ujian, Engkau begitu Maha Pemurah, selalu mengurai jalan keluar untukku atas setiap kesulitan dan kezhaliman yang aku buat sendiri Alhamdulillah...

Rabb, Allah Yang Maha Pengampun, Ampunilah diriku atas segala salah dan khilaf, atas segala waktu yang terlewat bersama kesia - siaan dan keburukan. Sungguh aku zhalim, sungguh aku yang menzhalimi diri sendiri, jika bukan Engkau, kepada siapa aku memohon pertolongan dan ampunan. Ampunilah aku...

Readmore »»